IDEAonline -Isolasi mandiri biasanya diberlakukan bagi pasien yang terinfeksi Covid-19, tetapi tidak bergejala sama sekali atau hanya bergejala ringan seperti batuk, pilek dan sakit tenggorokan.
Sebagaimana diketahui,melakukan isolasi mandiri tak boleh sembarangan.
Dikutip dari Kompas.com, Selasa (22/6/2021) juru bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro menyebutkan beberapa hal penting soal isolasi mandiri yang tak boleh diabaikan:
1. Melapor
Reisa menegaskan, isolasi mandiri bukan diputuskan oleh individu yang terkonfirmasi positif, melainkan harus berdasarkan rekomendasi atau persetujuan tenaga medis atau dokter. Sayangnya, masih ada sebagian orang yang tak melaporkan hasil tesnya.
"Ini sering salah tangkap. "Saya PCR-nya positif tapi kayaknya enggak ada gejala jadi saya ada di rumah saja", ini yang tidak diperbolehkan."
Demikian diungkapkan oleh Reisa dalam Live Instagram Radio Kesehatan yang bertajuk Tata Cara Isolasi Mandiri yang Tepat, Senin (21/06/2021).
Setelah terkonfirmasi positif, seseorang harus melapor pada tenaga medis atau dokter sehingga perawatan atau terapinya bisa tetap terpantau.
Sekalipun sudah diperbolehkan, ada beberapa syarat lainnya.
Misalnya, individu tersebut hanya memiliki gejala ringan atau sangat ringan, hingga tidak memiliki komorbid atau tidak berusia lansia.
2. Memiliki ruang isolasi yang baik
Ruang isolasi yang baik memiliki ventilasi dan aliran udara yang baik. Jika ada jendela di kamar, individu tersebut bisa membukanya untuk berjemur.
Raisa mengatakan masa isolasi mandiri harus dimanfaatkan untuk pemulihan, mengonsumsi obat secara teratur, makan dan minum yang bergizi, hingga istirahat cukup.
Jika kadar oksigen baik, individu tersebut bisa berolahraga di dalam ruangan atau beranda jika ada.
Selain itu, penting untuk diingat bahwa seseorang yang melakukan isolasi mandiri artinya ia mampu merawat dirinya dengan baik.
"Artinya mampu makan sendiri, mandi sendiri, menjaga kebersihan sendiri, mampu bersih-bersih sendiri, pakai APD sendiri, pakai masker sendiri," ucap Reisa.
Jika tidak memiliki ruangan tersendiri yang mendukung, isolasi mandiri bisa dilakukan di karantina terpusat.
3. Punya ruangan terpisah di rumah
Jika ingin melakukan isolasi mandiri di rumah, pastikan memiliki ruangan terpisah dengan anggota keluarga lain yang sehat.
Apalagi jika ada anggota keluarga yang memilki komorbid.
"Harus punya ruangan terpisah dan tidak boleh kontak erat," kata Reisa. Hal ini dilakukan untuk memastikan individu tersebut tak menjadi sumber penularan virus terhadap anggota keluarga lain.
Jika ada ruangan yang terpaksa digunakan bersama, misalnya kamar mandi, pastikan ruangan tersebut dibersihkan setelah dan sebelum digunakan oleh anggota keluarga yang sehat.
Jika ada ruangan yang terpaksa digunakan bersama, misalnya kamar mandi, pastikan ruangan tersebut dibersihkan setelah dan sebelum digunakan oleh anggota keluarga yang sehat.
4. Tidak berkontak dengan orang sehat di rumah
Tak hanya tinggal di ruangan berbeda dengan anggota keluarga yang sehat, individu yang terkonfirmasi positif Covid-19 juga tidak boleh berkontak dengan orang sehat lain.
Sayangnya, banyak orang masih lengah dengan hal-hal kecil.
"Banyak celah yang bisa menularkan anggota keluarga lain di rumah," tuturnya. Misalnya, ketika anggota keluarga lain membawakan makanan untuk individu yang sakit.
Hindari memberikannya langsung pada pasien, cukup taruh makanan di luar.
Misalnya, di depan pintu kamar. Kemudian, individu yang terkonfirmasi positif mengambilnya sendiri ke luar setelah orang yang mengantar pergi.
Baik orang yang membawakan makanan maupun individu yang sakit harus tetap mengenakan masker.
"Jadi bukan berarti di rumah santai-santai seperti biasa, yang ada malah menularkan ke anggota lain."
"Namanya isolasi ya benar-benar isolasi, sendiri, menjaga jarak dengan anggota keluarga lain. Manfaatkan masa isolasi untuk terapi, menjalani pengobatan dengan baik," katanya.
5. Tidak ikut-ikutan pengobatan orang lain
Alasan lainnya mengapa individu yang terkonfirmasi positif tetap harus melapor ke tenaga medis atau fasilitas kesehatan adalah agar mendapatkan terapi dan penanganan yang tepat.
Meskipun melakukan isolasi mandiri, individu tersebut tetap akan diberikan obat atau suplemen untuk dikonsumsi setiap hari.
"Jangan sampai sudah telat, menganggap tidak ada gejala, lalu gejalanya muncul begitu sudah telat, ya telat jadinya," ujar Reisa.
Kapan pengobatan selesai juga harus merupakan keputusan tenaga medis, bukan pasien. Selain itu, hindari kebiasaan ikut-ikutan pengobatan orang lain karena kondisi setiap orang yang terinfeksi Covid-19 bisa berbeda-beda.
"Jangan ikut-ikutan pengobatan, "si tetangga minum ini, minum itu, cepat tuh sembuhnya". Belum tentu. Jadi berbeda-beda pada setiap tubuh pasien," ungkapnya.
#Rumahminimalis #Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis
(*)