Jadi Generasi Perubahan untuk Lestarikan Bumi, Yuk Kelola Sampah di Rumah dengan Cara Ini

Selasa, 13 Juli 2021 | 20:09
Shutterstock

Ilustrasi sampah plastik.

IDEAOnlineSampah plastik masih menjadi persoalan hingga kini. Setiap tahun, Indonesia menghasilkan 6,8 juta ton sampah plastik. Dari jumlah tersebut, sebanyak 9 persen atau sekitar 620 ribu ton tidak dikelola dengan baiksehinggamencemari sungai, danau, serta laut.

Pada 2018, Indonesia bahkan disebut sebagai negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China.

Tidak hanya sampah plastik, persoalan sampah yang tidak terkelola dengan baik juga dihadapi Indonesia. Pada 2005, persoalan tersebut menyebabkan bencana. “Gunung” sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, longsor yang merenggut 157 jiwa.

Permasalahan sampah yang tidak terkelola adalah sebuah tantanganyang harus diatasi. Oleh sebab itu,Indonesia telah menetapkan target pengurangan sampah di darat hingga 30 persen dan sampah plastik di laut sebesar 70 persen pada 2025.

Baca Juga: Masyarakat Bisa Berkontribusi dalam Atasi Persoalan Sampah Plastik dengan Cara Ini

Untuk mencapai target tersebut, tentu dibutuhkan peran aktif dari masyarakat, tak terkecuali anak muda. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2020, Indonesia didominasi oleh generasi Z dan milenial.

Sebagai generasi yang mendominasi kependudukan Indonesia, generasi Z dan milenial dapat menjadi penentu arah perubahan lingkungandalam 10-15 tahun mendatang.

Menurut penelitian Cambridge International pada 2020, pelajar Indonesia memiliki tingkat kepedulian yang cukup tinggi terhadap polusi, termasuk sampah plastik.

Sebanyak 93 persen generasi muda sangat bersemangat menangani isu lingkungan dan mereka ingin melakukan berbagai tindakan nyata.

Baca Juga: Lindungi Keluarga dan Orang Lain, Ini Panduan Membuang Sampah Infeksius bagi Yang Isoman di Rumah

Dengan demikian, Indonesia berpeluang membangun pendekatan ekonomi sirkular sebagai solusi permasalahan sampah plastik di Indonesia. Misalnya saja, dengan mendaur ulang plastik pasca konsumsi menjadi bahan baku untuk produk baru.

Selain mengurangi produksi sampah plastik, ekonomi sirkular juga dapat membuka lapangan kerja bagi mereka yang menjadi bagian dari rantai nilai daur ulang. Saat ini, lebih dari lima juta penduduk Indonesia merasakan manfaat ekonomi sirkular sebagai mata pencaharian.

Masyarakat bisa berpartisipasi untuk mengurangi sampah plastik dan mendorong pertumbuhan ekonomi sirkular di Indonesia. Sederhana, semua itu bisa dimulai dari mengelola sampah di lingkungan terdekat, misalnya seperti rumah.

Meski terlihat sepele, kegiatan sehari-hari akan terus menghasilkan sampah rumah tangga. Sampah yang tak terkelola, terutama sampah plastik, dapat mencemari lingkungan dan menyumbang angka produksi sampah nasional.

Baca Juga: Miliki Segudang Manfaat, Siapa Sangka Ampas Teh Bisa Bikin Tanaman Lebih Subur, Begini Caranya!

Anda dapat melakukan beberapa cara untuk mengurangi produksi sampah plastik di rumah. Dari aksi sederhana, Anda dapat ikut berkolaborasi melestarikan Bumi.

Anda bisa menjadikan langkah-langkah dalam tantangan “21 Hari Lindungi Alam” yang sempat diadakan Aqua bersama National Geographic Indonesia (NGI) lewat gerakan #SayaPilihBumi.

Berikut secuplik langkah dari tantangan mengubah kebiasaan menjadi lebih ramah lingkungan selama 21 hari tersebut.

Lakukandecluttering

Decluttering merupakan kegiatan membereskan rumah dengan mengurangi barang-barang yang tidak diperlukan lagi. Hal ini dilakukan supaya tidak ada barang menumpuk yang sia-sia di rumah.

Baca Juga: Terungkap, Ide Menyulap Barang Bekas Jadi Penghias Taman yang Cantik, Stepping Stone dari Pecahan Keramik

Kegiatan ini bisa dimulai dengan menyortir barang terlebih dahulu. Kemudian, barang tersebut dipisahkan lagi untuk ditentukan apakah harus dibuang atau bisa didonasikan kembali (reuse).

Melakukandeclutteringsecara berkala dapat membuat suasana rumah lebih nyaman. Selain itu, adanya prinsipreusepadadeclutteringdapat mengurangi limbah rumah tangga yang berbahaya bagi lingkungan.

Menggunakan wadahreusable

Saat ini, penggunaan plastik masih marak dilakukan. Plastik digunakan sebagai wadah penyimpanan, tas belanja, hingga botol minum kemasan.

Plastik memang bahan yang ringan dan kuat. Namun, plastik tidak ramah lingkungan. Sebab, plastik perlu waktu lama untuk bisa terurai di tanah.

Baca Juga: Ramah Lingkungan saat Bepergian, Tips Kurangi Plastik saat Jajan

Melansir lamanWorld Wildlife Fund(WWF), kantong plastik membutuhkan waktu hingga 20 tahun agar dapat terurai. Selain itu, sedotan plastik membutuhkan waktu hingga 200 tahun untuk mengurai, gelas kopi plastik 500 tahun, dan botol minum kemasan 450 tahun,

Oleh karenanya, menggunakan wadah yang bisa digunakan kembali (reusable) dapat menjadi pilihan bijak.

Sebagai rekomendasi, Anda dapat menggunakantote bagatau tas kain sebagai pengganti kantong plastik, atau membawa botol minumreusablesaat beraktivitas.

Selain lebih terjamin kebersihannya, menggunakan wadahreusablebisa mengurangi sampah buang plastik.

Baca Juga: Ingin Barang Bekas Kamu Tak Jadi Limbah? Donasikan ke 5 Tempat Ini!

Beli produk daur ulang

Cara lain untuk mengurangi produksi limbah plastik rumah tangga adalah dengan membeli produk kemasan daur ulang. Produk tersebut menggunakan bahan yang sudah ada dan diolah kembali menjadi produk siap pakai.

Contoh produk semacam itu yang saat ini bisa Anda temukan adalah produk air mineral Aqua Life dari Danone-Aqua.

Sebagai informasi, Aqua-Life merupakan air minum dengan kemasan botol pertama di Indonesia yang terbuat dari 100 persen plastik daur ulang dan dapat didaur ulang kembali.

Penggunaan produk kemasan daur ulang yang ramah lingkungan tidak hanya dapat menekan penggunaan plastik, tetapi juga dapat menekan produksi limbah bagi lingkungan.

Baca Juga: Danone-AQUA Perkenalkan Botol 100% Hasil Daur Ulang di Jakarta

Itulah sederet cara yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi sampah plastik di rumah. Selain memerhatikan pengelolaan sampah plastik, Anda juga dapat melakukan hal serupa pada sampah organik.

Sampah dari dedaunan, ranting pohon, atau sisa-sisa makanan merupakan bagian dari sampah organik. Sampah-sampah tersebut dapat dikumpulkan dan dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman di rumah.

Sebagai bagian dari generasi perubahan untuk melestarikan Bumi, mari tingkatkan kepedulian dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Sebab, dari aksi-aksi sederhana, Anda dapat memberikan kontribusi nyata bagi kelestarian lingkungan.

Untuk mengetahui langkah lebih lengkap, kunjungi Instagram@SayaPilihBumi.

Editor : Sheila Respati