IDEAOnline-Pengelola bangunan wajib menerapkan pedoman baru terkait infrastruktur bangunan dalam era adaptasi kebiasaan baru saat dan pasca pandemi Covid-19.
Seperti diketahui WHO, Juli 2021 lalu telah menyatakan bahwa transmisi COVID-19 dalam bentuk aerosol atau partikel halus yang melayang dan bisa bertahan di udara, bisa terjadi di dalam ruangan yang padat dan tidak memiliki ventilasi udara memadai.
Ventilasi yang tidak memadai dalam ruangan tertutup dapat menyebabkan virus dan bakteri bertahan lebih lama di udara, sehingga saat seseorang masuk atau berjalan melewati ruang tersebut dan menghirup udaranya, mereka bisa terinfeksi.
Virus SARS-CoV-2 bisa bertahan hingga 3 jam di udara, karenanya melakukan desinfeksi, termasuk desinfeksi udara, harus selalu menjadi bagian dari protokol kesehatan untuk melindungi diri dan masyarakat dari bahaya mikro-organisme patogen yang tak kasat mata.
Deddy El Rashid, Praktisi Pengelola Bangunan yang juga menjabat sebagai Sekjen BOMA Indonesia dan BOG ASHRAE Indonesia menyatakan, “Penting bagi kita untuk memiliki pedoman yang baru terkait infrastruktur bangunan dalam era adaptasi kebiasaan baru ini. Salah satunya caranya adalah dengan melengkapi alat desinfeksi udara yang aman, efektif dan handal untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruang dan mengurangi risiko penyebaran penyakit melalui udara, seperti COVID-19.”
Pernyataan ini terungkap dalam diskusi bertajuk “Perlindungan Gelombang Lanjutan: Desinfeksi Udara dalam Ruang dengan UV-C untuk Mengurangi Risiko Transmisi Virus & Bakteri melalui Udara” yang diselenggarakan oleh Signify (Euronext: LIGHT), pemimpin dunia di bidang pencahayaan (5/8/21).
Deddy mengemukakan bahwa untuk bangunan profesional, ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menekan risiko penyebaran penyakit melalui udara, yaitu mengontrol sumber virus sebelum masuk ke gedung, memaksimalkan ventilasi udara, dan memasang alat pemurni atau desinfeksi udara.
“Salah satu teknologi yang paling efektif untuk mendesinfeksi baik udara maupun permukaan adalah dengan sinar UV-C. Terutama pada pada panjang gelombang 253.7 nm atau 254 nm, sinar UV-C diketahui paling efektif dalam menonaktifkan segela jenis bakteri dan virus. Karenanya UV-C disebut juga sebagai GUV (Germicidal Ultraviolet) atau UVGI (Ultraviolet Germicidal Irradiation),” tuturnya.
Ada empat aplikasi UV-C yang dapat diterapkan di gedung-gedung profesional, kata Deddy, yaitu untuk desinfeksi udara di atas ruangan (upper air), desinfeksi udara pada permukaan coil pendingin, desinfeksi pada saluran udara, dan desinfeksi permukaan dalam ruangan.
Dari keempat aplikasi tersebut, menurut Deddy yang mudah dan efektif dilakukan adalah memasang UV-C air disinfection, khususnya jenis UV-C upper air.
Jenis luminer ini dipasang pada ketinggian tertentu, dengan desain sedemikian rupa dan mengacu pada Pedoman NIOSH perihal radiasi yang aman, sehingga memungkinkan sistem ini untuk mendesinfeksi udara yang bersirkulasi di dalam ruangan secara terus-menerus, tanpa membahayakan orang sedang beraktivitas di bawahnya.
Ventilasi mekanis dan/atau konveksi alami akan mensirkulasi udara yang telah didesinfeksi kembali ke bagian bawah ruang.
“Perangkat UV-C Upper Air tersebut telah dlengkapi juga dengan pelindung dan optik pada luminer yang sesuai dengan Pedoman Keselamatan dan dirancang untuk mencegah paparan yang berbahaya terhadap radiasi UV-C bagi orang-orang yang berada di bawahnya,” lanjut Deddy.
Di pemaparannya, Deddy juga menjelaskan mengenai Equivalent Air Changes Per Hour (eACH), atau “Penyesuaian Pertukaran Udara Setara per Jam” yang merupakan kemampuan pengelola bangunan dalam mengantisipasi kontrol asupan udara untuk mengendalikan mikroorganisme di udara dengan metode lain, seperti penggunaan UV-C Upper Air untuk mendesinfeksi udara, dan HEPA filter yang berfungsi untuk menyaring udara.
Kedua metode ini jika diaplikasikan pada tingkat tertentu dapat mengantikan ventilasi mekanis.
Jadi, bila ACH diukur berdasarkan banyaknya udara dari luar yang masuk ke dalam untuk melarutkan partikel yang berpotensi berbahaya di dalam ruangan, eACH merupakan penyesuaian setara yang didapatkan melalui alat bantu, misalnya dengan kombinasi penggunaan UV-C ruang atas dan HEPA filter.
“Bagi bangunan yang sulit untuk menambahkan ventilasi guna memperbanyak aliran udara luar yang masuk, UV-C ruang atas dapat membantu mencapai eACH yang memadai,” tambahnya.
Terkait dengan hal ini, Wibawa Jati Kusuma, Commercial Operations Leader Signify Indonesia, mengatakan, untuk melengkapi pedoman terkait desinfeksi di infrastruktur gedung atau bangunan dalam era adaptasi kebiasaan baru ini, penggunaan luminer UV-C upper air Signify patut menjadi pertimbangan.
Menurutnya, luminer UV-C upper air Signify memiliki keunggulan dibanding desinfeksi lain berbasis cairan atau lainnya. Jika disinfektan chemical (spray atau cairan) hanya bisa untuk mendesinfeksi permukaan benda dan tidak ramah lingkungan, maka luminer UV-C upper air bisa mendesinfeksi udara secara terus menerus (selama 8 jam) meski ada mahkluk hidup di bawahnya.
Baca Juga: Pasok Udara bagi Rumah Tropis, Ini Cara Optimalkan Void di Ruang Makan
#BerbagiIDEA