Tak Longgarkan Kewaspadaan meski 75% Penduduk sudah Divaksin, China Bangun Kompleks Karantina Covid-19 Kapasitas 5.000 Orang

Kamis, 28 Oktober 2021 | 15:22
Kompas.com

Pemandangan udara pembangunan rumah sakit Huoshenshan (Gunung Dewa Api) di Wuhan, Hubei, China, Minggu (2/2/2020). Huoshenshan, rumah sakit darurat khusus pasien corona dengan kapasitas 1.000 tempat tidur tersebut dibangun hanya dalam waktu 8 hari, dimulai pada 25 Januari lalu.(AFP/STR)

IDEAOnline- Langkah pemerintah China membangun kompleks karantina Covid-19 untuk menampung 5.000 orang dipandang cukup aneh.

Orang-orang bertanya-tanya, kenapa China tidak melonggarkan strategi penanganan Covid-19, padahal sebagian besar dari penduduknya telah divaksin 2 dosis?

Disebutkan bahwa tidak ada indikasi pihak berwenang China berencana untuk melonggarkan pembatasan aturan perjalanan internasional.

“Di satu sisi Anda memiliki ahli, seperti Zhong Nanshan dan Gao Fu yang menyarankan bahwa begitu tingkat vaksinasi di China mencapai lebih dari 85 persen, maka sudah waktunya untuk membuka diri,” kata Yanzhong Huang, seorang rekan di Dewan Hubungan Luar Negeri yang berbasis di Washington DC.

Zhong Nanshan dan Gao Fu disebut sebagai dua pakar kesehatan masyarakat terkemuka di China.

“Tetapi di sisi lain, semua tindakan yang ada tampaknya menunjukkan bahwa Beijing akan mempertahankan strategi tanpa toleransi,” lanjut Yanzhong Huang.

Setelah kampanye vaksinasi Covid-19 awalnya lamban, China kini telah memvaksinasi sekitar 75 persen dari total populasinya dengan Sinovac.

Baca Juga: Rupanya Kasus Covid-19 di Indonesia Terus Menurun Akibat 4 Hal Ini, Harus Dipertahankan!

Kompleks bangunan setara 46 lapangan sebak bola di pinggiran kota metropolitan Guangzhou untuk menampung 5.000 orang menjalankan karantina Covid-19, baru-baru ini dibangun China.

Menurut informasi yang dikeluarkan oleh oleh pemerintah Guangzhou, kompleks karantina Covid-19 tersebut dilengkapi dengan infrastruktur "teknologi komunikasi 5G dan kecerdasan buatan", dan setiap kamar hanya dapat menampung satu orang pada satu waktu.

Selain itu, setiap kamar karantina Covid-19 dilengkapi kamera pemantau di pintunya dan sistem pengiriman robot untuk "meminimalkan kontak manusia dan risiko lintas- infeksi”.

Tim konstruksi membutuhkan waktu kurang dari 3 bulan untuk menyelesaikan proyek pembangunan kompleks karantina Covid-19 di Guangzhou, seperti rumah sakit sementara Huoshenshan dan Leishenshan yang dibangun dalam waktu singkat di pusat kota Wuhan saat Covid-19 terjadi pada awal 2020.

Pembangunan Pusat Karantina Covid-19 ini menandakan China tidak melonggarkan kewaspadaan terhadap pandemi Covid-19, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Rabu (27/10/2021).

“Saya tinggal di Auckland dan ketika saya mendengar Selandia Baru dibuka, saya pikir hari yang sama untuk China akan segera datang juga,” kata Yang Guang, seorang warga negara China yang belajar di Auckland.

Ia mengatakan bahwa hampir 2 tahun tidak pulang ke China karena tiket penerbangan yang sangat mahal dan waktu karantina yang panjang.

Baca Juga: Sertifikat Vaksin Covid-19 jadi Syarat Perjalanan Jarak Jauh kecuali untuk 3 Golongan Ini

“Saya sulit untuk kembali ke rumah,” keluh Yang yang gagal pulang.

Bepergian ke China sangat sulit sejak pandemi Covid-19, ada aturan ketat, meliputi 2 tes PCR dan antibodi terpisah yang harus dilakukan di laboratorium yang berbeda.

Kemudian, harus mengirimkan formulir, hasil tes, dan beberapa pernyataan ke masing-masing kedutaan China untuk mendapatkan izin melakukan perjalanan pulang kampung, yang hanya berlaku selama 48 jam untuk naik pesawat.

Sementara, setelah tiba di China semua orang wajib karantina Covid-19 baik yang sudah belum maupun sudah divaksin.

Pada 2020, pemerintah melarang orang yang transit di negara ketiga untuk kembali ke China jika ada penerbangan langsung dari tempat keberangkatan semula.

Di lain sisi harga tiket pesawat menjadi melambung tinggi.

“Tiket penerbangan dulu berharga sekitar 150 dollar AS (Rp 2,1 juta) untuk terbang dari Bangkok ke Chengdu,” ujar seorang warga negara China yang terjebak 2 tahun di Bangkok.

“Sekarang saya akan menyebut diri saya beruntung, jika saya berhasil menemukan tiket dengan harga kurang dari 3.000 dollar AS (Rp 42,5 juta),” sebutnya. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul China Bangun Kompleks Karantina Covid-19 Seukuran 46 Lapangan Sepak Bola

#Berbagiidea #berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis

(*)

Tag

Editor : Johanna Erly Widyartanti