Benarkah Penggunaan Lantai Bambu Ramah Lingkungan? Cek Dulu Plus Minusnya Yuk!

Jumat, 29 April 2022 | 12:00
The Spruce

Ilustrasi lantai bambu

IDEAonline - Kelestarian lingkungan adalah salah satu hal yang menarik perhatian banyak orang akhir-akhir ini.

Dengan maraknya isu climate change akhir-akhir ini, banyak orang pun makin sadar mengenai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

Pada kenyataannya, kita dapat berkontribusi dalam melestarikan lingkungan dengan banyak cara, salah satunya adalah melalui desain interior rumah kita.

Sebagai usaha melestarikan lingkungan, industri interior pun menawarkan berbagai alternatif material yang ramah lingkungan yang bisa kita pilih.

Salah satu material ramah lingkungan tersebut adalah bambu.

Bambu sendiri merupakan material yang cukup umum dalam desain interior dan material ini terutama banyak dipakai sebagai material lantai.

Namun bagaimanapun, bambu tetap memiliki beberapa kekurangan jika digunakan secara berlebihan.

Dilansir dari thespruce.com (04/12/2021), berikut adalah kelebihan dan kekurangan bambu sebagai material lantai yang ramah lingkungan.

Baca Juga: Mulai dari Batu Kali Sampai Marmer, Ini Pilihan Material Pagar dari Batu-batuan, yang Mana yang Paling Bagus?

Kelebihan Bambu dari Segi Ekologis

Bambu mungkin terlihat dan terasa seperti kayu, tetapi sebenarnya mereka bukanlah kayu.

Karakter ramah lingkungan bambu berasal dari pertumbuhannya yang cepat dan sifat regeneratifnya.

Mudah Diperbarui

Bambu dapat tumbuh dari biji hingga matang penuh dalam waktu 3 hingga 5 tahun.

Dalam beberapa kasus, bambu akan tumbuh hingga 60 cm dalam satu hari.

Ini jauh lebih cepat tumbuh daripada pohon hardwood, yang bisa memakan waktu hingga 20 tahun untuk tumbuh hingga ketinggian penuh.

Saat panen bambu, hanya batangnya saja yang dipotong, sedangkan akarnya tetap ditanam di dalam tanah.

Akar ini dapat menumbuhkan kembali batang yang baru tanpa harus ditanam kembali.

Ini mengurangi biaya tenaga kerja untuk mengisi kembali ladang yang telah dipanen.

Baca Juga: Bau Amis di Lantai Akibat Pecahan Telur Ternyata Susah Hilang, Tunggu Apalagi Siapkan 3 Bahan Rumahan Ini!

Panen yang Sehat

Dalam kebanyakan kasus, panen batang bambu secara berkala sebenarnya sehat untuk lingkungan.

Itu karena memotong batang bambu memungkinkan sinar matahari untuk menyaring ke bumi dan mencapai beberapa tanaman lain yang lebih pendek.

Pencegahan Erosi

Bambu memiliki akar yang sangat panjang yang mencapai jauh ke dalam tanah tempat mereka tumbuh.

Akar ini menyebar seperti laba-laba dan berfungsi untuk mengikat bumi di sekitar mereka, menyatukannya dan mencegah erosi.

Siklus Hidup

Jika dipasang dan dirawat dengan benar, lantai bambu dapat bertahan sangat lama.

Pelapisan ulang secara berkala juga akan dengan mudah membantu menyegarkan tampilan material.

Umur panjang bambu pun turut berkontribusi dalam menghemat sumber daya.

Baca Juga: Bisa Usir Cicak di Rumah, Engga Sangka Cangkang Telur hingga Lada Hitam Buat Hewan Menyebalkan Ini Lari Tunggang Langgang

Dapat Didaur Ulang

Bambu dapat dilepas dan digunakan kembali di instalasi lantai baru.

Biodegradable

Bambu adalah bahan alami yang sebagian besar akan terurai di tempat pembuangan sampah.

Namun, pelapis sintetis yang digunakan pada lantai bambu tidak selalu dapat terurai secara hayati.

LEED

Bambu telah diakui oleh program Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) sebagai bahan bangunan yang ramah lingkungan.

Kekurangan Bambu dari Segi Ekologis

Seperti kebanyakan bahan bangunan, tingkat dampak negatif bambu sangat bergantung pada praktik masing-masing petani dan produsen lantai.

Lantai berkualitas biasanya dilengkapi dengan lebih banyak informasi tentang pemanenan dan perawatan material, sedangkan praktik produsen lantai yang kurang berkualitas biasanya kurang transparan atau tidak diiklankan secara luas.

Baca Juga: Beberapa Ide Ini Melanggar Pakem Penataan Rumah Sempit, Hasilnya Memesona!

Baca Juga: Pahami 6 Faktor Penentu Kekuatan Bambu Ini jika Ingin Bangunan Bambumu Awet

Ekspansi Berlebihan

Karena popularitas bambu, ladang yang dikhususkan untuk menanam tanaman ini menyebar dan mulai mengambil alih tanah yang secara tradisional digunakan untuk tujuan lain.

Hal ini dapat memiliki efek negatif pada keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekologi lingkungan lokal.

Formaldehida

Banyak produk lantai bambu dibuat dengan perekat atau pengikat yang mengandung urea formaldehida, yang dapat mengeluarkan gas beracun, melalui proses yang disebut pelepasan gas, setelah lantai dipasang.

Namun nyatanya, bambu dapat diproduksi tanpa menambahkan formaldehida atau dengan tingkat formaldehida yang sangat rendah secara keseluruhan.

Pabrik yang lebih baik mempublikasikan hasil pengujian mereka untuk kadar formaldehida.

Transportasi

Sebab sebagian besar bambu ditanam, diproduksi, dan dikirim dari Asia Tenggara, emisi karbon yang dilepaskan selama proses transportasi juga dapat menjadi masalah yang memengaruhi kelangsungan ekologi bahan ini.

Cek berita seputar hunian dan inspirasi terkini di website www.ideaonline.co.id, Facebook IDEA Online, TikTok IDEAonline, Instagram @ideaonline, Instagram @tabloidrumah, dan Youtube IDEA RUMAH.

#Rumahminimalis #Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis #ConsciousLivingIDEA #ConsciousLiving

(*)

Editor : Johanna Erly Widyartanti

Sumber : The Spruce

Baca Lainnya