IDEAonline -Lima Kaum merupakan nama sebuah desa di dekat kota Batusangkar, yang termasuk salah satu daerah di Kabupaten Tanah Datar.
Desa ini juga merupakan salah satu desa tertua di dataran Minangkabau.
Di tempat tersebut berdiri sebuah masjid yang dinamakan Masjid Lima Kaum.
Tempat ibadah ini masih berdiri hingga saat ini.
Baca Juga:Dibangun Tahun 1414, Ini Wujud Bangunan Saksi Bisu Penyebaran Islam
Tempat ibadah ini memiliki hubungan erat dengan sejarah Minangkabau.
Sesuai dengan namanya, Lima Kaum merupakan nama kaum yang terdiri dari Kaum Kubu Rajo, Kaum Balai Batu, Kaum Koto Gadih, Kaum Piliang, dan Kaum Bali Labuh.
Kelima kaum tersebut dipimpin oleh seorang yang bergelar Datuk Nan Balimo.
Datuk Nan Balimo inilah yang juga memimpin pembangunan Masjid Lima Kaum.
Baca Juga:Ini Dia Panmunjom, Tempat Kim Jong Un dan Moon Jae-in Berdamai
Masjid Lima Kaum dibangun tahun 1705 dan selesai tiga tahun kemudian.
Pembangunannya sendiri dilakukan bersama secara gotong royong oleh masyarakat setempat.
Arsitektur Masjid
Baca Juga:Bak Wallpaper, Nenek 92 Tahun Ini Lukis Dinding Rumah Tua di Louka
Masjid yang sudah berusia lebih dari 300 tahun itu dibangun di tengah-tengah kampung.
Bangunan ini merupakan masjid tertua di Kabupaten Tanah Datar. Bahkan jumlah struktur dan tonggak di tempat ini memiliki makna tertentu.
Arsitektur masjid sendiri dipenuhi dengan corak Minangkabau.
Ini karena pada waktu itu Belanda belum datang ke wilayah ini, sehingga arsitektur masjid pun masih asli.
Baca Juga:Tak Menyangka, Ini 4 Manfaat Lain Pasta Gigi Untuk Membersihkan Rumah
Bangunannya terdiri dari kayu dan papan, sementara atap masjid terbuat dari ijuk.
Namun setelah masjid berusia 200 tahun, atapnya diganti dengan seng agar lebih tahan lama.
Tonggak dan lantainya terbuat dari kayu, dengan tonggak tengah masjid setinggi 40 meter dan berdiameter 2 meter.
Keunikan masjid ini terletak pada bagian atapnya.
Baca Juga:Luar Biasa, Ruko Ini Dijual dengan Harga Ratusan Miliar Rupiah
Atap masjid terdiri dari lima tingkat yang menggambarkan jumlah rukun Islam, sekaligus melambangkan jumlah lima kaum yang membangunnya.
Antar tingkat, terdapat celah yang berguna sebagai sumber pencahayaan. Atapnya juga dibangun dengan bentuk cekung dan bukan datar.
Bentuk ini sesuai dengan iklim tropis Nusantara yang dapat mengalirkan hujan dengan intensitas tinggi.
Tonggak lainnya berjumlah 121 buah, yang melambangkan jumlah ninik mamak (pemangku adat) di tempat ini.
Baca Juga:Teras Belakang dengan Nuansa Etnik, Bikin Kumpul Jadi Lebih Asyik
Tiang gantungnya berjumlah 15 buah, sebanyak jumlah khatib dan bilal.
Masjid ini memiliki 28 jendela.
Jumlah ini bukan tanpa alasan, angka 28 melambangkan 28 suku yang ada. Sementara dua buah pintu menggambarkan Laran Nan Duo.
Struktur bangunan berbentuk segi empat, menggantikan bangunan pagoda yang teah ada sebelumnya.
Pada tahun 2010, masjid ini ditetapkan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sebagai bangunan cagar budaya, dan dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Batusangkar.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Lebih dari 3 Abad, Masjid Lima Kaum Masih Bertahan
(*)