Asal Usul Nama 10 Daerah di Jakarta, Mulai dari Senayan hingga Marunda

Minggu, 11 November 2018 | 15:30
KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG

Pemandangan Monumen Nasional (Monas) dari lantai 24 di Perpustakaan Nasional di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (8/11/2017). (KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

IDEAonline - Menelusuri asal usul sebuah nama memang mengasyikkan.

Pasti di belakangnya ada penyebab kenapa ia diberi nama seperti itu.

Demikian juga halnya dengan kampung-kampung di Jakarta.

Namanya beragam dan ada yang berasal dari peristiwa yang terjadi di sana, ada yang diambil darinama seorang tokoh penting yang hidup di sana, ada pula nama yang didasarkan pada tumbuhan atau binatang yang banyak hidup di tempat itu.

Beberapa kampung telah diganti namanya oleh pemerintah Indonesia.

Tapi banyak juga yang masih lestari sampai saat ini.

Baca Juga : Unik, Inspirasi Desain Rumah 40 m2, Paduan Skandinavia dan Jepang

Berikut ini beberapa asal usul nama tempat di Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat yang dikutip dari Buku “Betawi: Queen of The East” karya Alwi Shahab; Jakarta Culture dan Heritage, Dinas Permuseuman dan Kebudayaan DKI Jakarta.

1. Senayan

Senayan berasal dari bahasa betawi “senenan”, yakni sejenis permainan ketangkasan berkuda.

Dulunya, di daerah ini orang-orang sering berkumpul untuk beradu ketangkasan senenan.

Baca Juga : Inspirasi Desain Kamar Anak, Efisien Satu Ruang untuk 3 Anak

2. Petamburan

Pada suatu waktu terjadi peristiwa yang melatarbelakangi penamaan daerah yaitu meninggalnya seorang penabuh tambur didaerah ini.

Penabuh itu dimakamkan di bawah pohon jati sehingga nama kampung ini sebenarnya adalah Jati Petamburan.

Baca Juga : Dominan Kayu dan Warna Maskulin, Ini Inspirasi Desain Apartemen Pria

3. Tanah Abang

Nama Tanah Abang diberikan oleh orang-orang Mataram yang berkubu di situ dalam rangka penyerbuan Kota Batavia tahun 1628.

Ada kemungkinan pasukan tentara Mataram itulah yang memberi nama Tanah Abang, karena tanahnya berwarna merah (merah dalam bahasa Jawa adalah “abang”).

Kemungkinan lain adalah bahwa nama itu diberikan oleh orang-orang Banten yang bekerja pada Phoa Bingham, waktu membuka hutan di kawasan tersebut.

Baca Juga : Inspirasi Desain Kamar Tidur, Wallpaper Hijau yang Menyejukkan

KOMPAS.com/IWAN SUPRIYATNA
KOMPAS.com/IWAN SUPRIYATNA

Kawasan di sekitar Stasiun Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

4. Gondangdia

Nama Gondangdia cukup dikenal di kalangan masyarakat asli Jakarta karena sering disebut dalam lagu Betawi “Cikini di Gondangdia, badan begini lantaran dia”.

Ada beberapa versi asal penamaan Gondangdia.

Versi pertama, Gondangdia berasal dari nama pengembang yang ditunjuk Belanda untuk membangun kawasan Menteng, yakni NV Gondangdia.

Versi lainnya, nama Gondangdia berasal dari nama seorang kakek yang terkenal dan disegani oleh masyarakat sekitar kampung.

Kakek ini sering juga dipanggil Kyai Kondang.

Karena terkenal dikalangan masyarakat kampung, nama kakek Kondang sering disebut-sebut dan masyarakat sering mengaitkan nama tempat itu dengan nama kakek.

Akhirnya daerah tersebut terkenal dengan nama Gondangdia (kakek dia yang tersohor).

Baca Juga : 3 Inspirasi Desain Meja Makan di Apartemen Studio, Lapang dan Lega

5. Kwitang

Nama kwitang berasal dari nama orang Cina yang kaya raya bernama Kwik Tang Kiam.

Kwik Tang seorang tuan tanah yang kaya dan hampir semua tanah yang terdapat didaerah tersebut miliknya.

6. Petojo

Petojo berasal dari nama seorang pemimpin orang-orang Bugis yang pada tahun 1663 diberi hak pakai kawasan tersebut, bernama Aru Petuju.

Oleh orang Betawi, petuju diucapkan “petojo”.

Baca Juga : Inspirasi Desain Kamar Anak, Kesan Sporti Berkat Ornamen Dinding

7. Glodok

Ada dua pendapat mengenai asal-usul nama kawasan ini. Ada yang mengatakan berasal dari kata “grojok”, suara kucuran air dari pancuran.

Lidah orang Tionghoa mengubah kata grojok menjadi kata glodok.

Dulu, di sana terdapat semacam waduk penampungan air dari kali Ciliwung, yang dikucurkan dengan pancuran terbuat dari kayu, dengan ketinggian kurang lebih 10 kaki.

Keterangan lainnya menyebutkan, bahwa kata glodok diambil dari sebutan terhadap jembatan yang melintas Kali Besar (Ciliwung) di kawasan itu, yaitu jembatan Glodok.

Disebut demikian karena dahulu di ujungnya terdapat tangga yang menempel pada tepi kali, yang biasa digunakan untuk mandi dan mencuci oleh penduduk di sekitarnya.

Dalam bahasa Sunda, tangga semacam itu disebut glodok.

Baca Juga : Inspirasi Desain Ruang Makan, Asri Bersebelahan dengan Taman

8. Pinangsia

Nama jalan di dekat pertokoan Glodok ini berasal dari bahasa Belanda “financien” yang artinya keuangan.

Ada juga yang mengatakan di tempat ini dulunya ada departement van financien, alias depertemen keuangan.

Oleh lidah orang Betawi, kata financien berubah menjadi pinangsia.

Baca Juga : Inspirasi Desain Furnitur di Apartemen Studio, Meja Lipat nan Ringkas!

KOMPAS.COM/Ardito Ramadhan D
KOMPAS.COM/Ardito Ramadhan D

Tampak depan Rumah Si Pitung yang beralamat di kawasan Marunda, Jakarta Utara.

9. Marunda

Marunda berasal dari kata “merendah”.

Menurut cerita turun temurun, sifat penduduk asli di sini memang rendah hati, menjauhi sifat sombong yang dilarang oleh agama.

Baca Juga : Inspirasi Desain Fasad Pakai Rooster, Bikin Rumah Adem dan Sejuk

10. Pluit

Sekitar tahun 1660, di pantai sebelah timur muara Kali Angke diletakan sebuah fluitschip (kapal panjang ramping), bernama Het Witte Paert, yang sudah tidak laik laut.

Kapal ini dijadikan kubu pertahanan untuk membantu Benteng Vijhoek yang terletak di pinggir Kali Grogol, sebelah timur Kali Angke, dalam rangka menanggulangi serangan serangan sporadis yang dilakukan oleh pasukan bersenjata Kesultanan Banten.

Kubu tersebut kemudian dikenal dengan sebutan De Fluit. (*)

Baca Juga : Inspirasi Desain Ruang Tamu Mungil, Cocok untuk Kamu yang Tinggal di Apartemen!

Tag

Editor : Alfa