Bahan konstruksi tersebut mampu memaksimalkan ventilasi dan menjaga suhu di dalam strukturnya hingga 20 derajat celcius, bahkan ketika suhu di luar sedang terik-teriknya.
Iklim dan kondisi di dalam rumah tersebut membuat earthships tak lagi membutuhkan penyejuk ruangan atau AC.
Selain itu, earthships juga dirancang untuk membuat penghuni di dalamnya hidup mandiri tanpa bantuan pra sarana apapun lantaran listriknya bersumber dari panel surya dan turbin angin.
Reynolds telah membentuk tim guna melatih beberapa penduduk lokal di Gili Kenawa dalam pembangunan rumah ramah lingkungan.
Hingga pada akhirnya, Indonesia akan memiliki Akademi Eartships pertama untuk mengomunikasikan ilmu tersebut.
"Ini merupakan jenis bangunan pertama yang ada di Indonesia. Di sana ada banyak ban bekas dan botol plastik jadi ini merupakan hal bagus mempelajari bagaimana membuat bangunan yang kuat dengan bahan-bahan itu," kata salah seorang penduduk lokal bernama Agus.(*)