Uniknya, masjid tersebut memiliki 13 kubah yang bentuknya seperti bawang. Sementara, jumlah keseluruhan menara dan kubah di masjid ini ada 17, yang melambangkan rakaat shalat lima waktu sehari semalam.
Namun, hingga saat ini, belum diketahui gaya arsitektur mana yang diaplikasikan pada masjid ini.
Baca Juga : Tak Kalah Mewah dengan Istananya, Villa Mewah Ayu Ting Ting Ditaskir Seharga Rp 7 Miliar!
Dilansir dari wisatago, ada beberapa pendapat yang mengatakan kalau masjid ini bergaya India karena tukang-tukang yang membuat bangunan utamanya adalah orang-orang India yang didatangkan dari Tumasik (Singapura).
Namun, dilihat dari bentuk bangunan utama dan bagian-bagian yang mendukungnya, arsitektur masjid ini merupakan perpaduan dari berbagai gaya, yaitu Arab, India, dan Melayu.
Awalnya, masjid Raya Sultan Riau dibangun dengan kayu dengan bentuk yang lebih kecil. Namun, jumlah masyarakat Pulau Penyengat yang beribadah semakin banyak membuat masjid tersebut harus direnovasi.
Baca Juga : Owl Creek, Istana yang Berhadapan Langsung dengan Pemandangan Pegunungan Rocky
Saat berkunjung ke masjid ini, kamu juga bisa melihat Al Quran yang ditulis tangan oleh Andurrahman Stambul, seorang warga biasa di Pulau Penyengat.
Tulisannya yang indah membuat Kerajaan Lingga mengirimnya ke Mesir untuk memperdalam ilmu agama Islam.
Begitu kembali, dia menjadi guru dan terkenal dengan Khat atau kaligrafi gaya Istanbul.
Jika tertarik berkunjung ke Masjid Raya Sultan Riau, kamu bisa menggunakan perahu pompon dari Dermaga penyebrangan di Tanjung Pinang dengan dengan waktu tempuh 15 menit.
Yuk, wisata sekaligus belajar sejarah perkembangan Islam di Pulau Penyengat!