IDEAonline - Sebagai negara tropis, Indonesia saja tentu saja mendapatkan sinar matahari yang melimpah, kecuali jika musim hujan tengah berlangsung.
Kelebihan tinggal di negara tropis tentu saja seseorang tidak perlu menyiapkan rumah yang tahan terhadap dingin dan panas sekaligus seperti di negara-negara Eropa yang memiliki 4 musim termasuk musim dingin dan musim panas.
"Tembok adalah penghantar panas terbaik di dalam rumah dan panasnya tetap bertahan di dalam tembok sampai jam 2 pagi," ujar Managing Director PT Saint-Gobain Construction Products Indonesia Hantarman Budiono di Jakarta, Selasa (2/8/2017) dilansir dari Kompas.com.
Hal tersebut dialami sendiri olehnya ketika selalu pulang ke rumah sekitar pukul 18.00-19.00 WIB.
Ketika ia memasuki kamar, udara panas sangat terasa apalagi saat pendingin ruangan tidak menyala.
Hantarman pun mengetahui udara panas tersebut bertahan sampai pukul 2 pagi karena ia bereksperimen untuk tidak menyalakan pendingin ruangan sama sekali.
Menurut Hantarman, hal berbeda terjadi di Eropa.
Meski sinar matahari di Eropa tidak lebih banyak dibandingkan di Indonesia, ada saat-saat tertentu misalnya musim panas, ketika para penduduk negara-negara Eropa juga harus menghalau panas masuk ke dalam rumah.
Baca Juga : Dari Apple Sampai Spotify, Inilah 6 Kamar Tidur yang Teinspirasi Dari Brand Teknologi Ternama
"Kalau dibandingkan dengan di Eropa, mereka (rumah) pakai tembok tapi dilapisi dengan gipsum. Mereka batasi tembok itu sehingga panas matahari tidak ditransfer ke ruangan," sebut Hantarman.
Ia menambahkan, rumah-rumah di Eropa juga memiliki plafon yang lebih tebal dibandingkan di Indonesia.
Tujuannya, supaya panas dari genteng tidak berpindah ke dalam ruangan. Hantarman juga mengatakan, pemanfaatan gypsum di Eropa sudah sangat baik di negara maju.