"Salah satu hal terpenting dalam Islam adalah pengejaran ilmu pengetahuan. Sebenarnya ini merupakan persyaratan dan tidak pernah dibicarakan. Kami mendekati proyek dari sudut pandang itu."
"Fasad-fasad juga saling berhadapan. Kamu bisa berada di perpustakaan dan kemudian ketika waktu sholat kamu berjalan di jalan nyaman yang akan membawa kamu langsung ke masjid,"kata Kamara kepada Dezeen.
Orang dewasa yang menggunakan perpustakaan secara alami harus mengunjungi masjid selama salah satu dari shalat lima waktu, memastikan selalu ada pergerakan alami orang di antara keduanya.
Baca Juga : Masjid Agung Palembang, Perpaduan Arsitektur Tiga Budaya dan Saksi Bisu Perjuangan Melawan Penjajah
Masjid baru ini dibangun dengan menggunakan batu bata terkompresi yang dibuat secara lokal, yang membutuhkan perawatan sangat sedikit dibandingkan dengan bangunan yang ada.
Batu bata terkompresi berbagi banyak kualitas termal dari batu bata lumpur, tanpa perawatan.
Baca Juga : Masjid Jami' Banjarmasin, Masjid Teladan yang Jadi Bukti Perjuangan Masyarakat Banjarmasin
Massa termal dari batu bata tanah yang dikompresi dan ventilasi alami yang terintegrasi melalui lubang mengatur suhu interior dan menghilangkan keharusan untuk ventilasi mekanis.
Tidak ada kaca yang digunakan di dua bangunan baru, karena panel pengganti tidak mudah diperoleh, dan semua perlengkapan pencahayaan telah dipilih dari pasar lokal untuk memastikan mereka dapat diganti secara lokal dan murah. (*)