Di masa lalu, mural klasik memang lebih sering menghiasi ruang dalam.
Namun, beberapatahun belakangan, mural menjadi salah satu media masyarakat urban untuk beropini di jalanan dan ruang luar lainnya—khususnya menyangkut kasus sosial dan politik.
Oleh karena itu, banyak seniman mengategorikannya sebagai streetart, atau seni jalanan.
Tak jarang orang menyamakannya dengan grafiti.
Meskipun kenyataannya, grafiti lebih banyak berperan dalam kata-kata dibandingkan gambar.
Aliansyah Caniago, seorang seniman yang sering berkutat dalam dunia mural, mengungkapkan bahwa proses pembuatan dinding lukis di interior bersifat lebih privat.
Baca Juga: Cara Hadirkan Hunian Dibawah 200 M dengan Paduan Mural! Coba Gunakan Gaya Rustik
“Biasanya sih tergantung pada selera pengguna atau penghuni ruang, beda banget sama mural di outdoor yang harus memikirkan konteks lingkungan,” ucap Alin—panggilan akrab dari Aliansyah.
Ketika proses melukis dinding, biasanya Alin berusaha mengenal karakter penghuni dulu, baru menyesuaikannya dengan karakter interior.
“Rumitnya, saat melukis mural di dalam ruang, saya harus memikirkan konsep yang spesifik, berhubung para penikmatnya pun spesifik, kan?” ujar pria yang mengenyam pendidikan di Jurusan Seni Murni Institut Teknologi Bandung ini.
Layaknya bidang seni lainnya, mural selalu berkembang sesuai zaman.