IDEAonline –Membangun rumah dengan material bekas seringkali justru memberikan hasil yang lebih baik. Cuma memang dibutuhkan ketelatenan, kejelian, dan kreativitas.
Barangkali tidak ada yang mengalahkan serunya pengalaman Ir. Umar Muslimin dan Elvira Hardiana dalam membangun rumah.
Dibantu oleh seorang arsitek dalam penataan ruangnya, Dibantu seorang sahabat karib, Yani Cahyono yang juga tinggal dalam kompleks yang sama, pengembangan rumah ini diwarnai perburuan material bekas berikut segalaperabotnya.
Bagi 3 serangkai ini—Umar, Vira, dan Yani—material bekas memiliki serangkaian keunggulan yang tidak dimiliki material baru.
Selain harganya jauh lebih ekonomis, kualitasnya juga lebih baik. Kayu jati, misalnya, produk jaman dulunya (alias bekas rumah- rumah tua), justru memiliki kualitas lebih baik ketimbang kayu jati “keluaran” baru.
Jatinya tua, dan karena biasanya diletakkan begitu saja di ruang terbuka, terguyur panas dan hujan, jati ini malah justru menjadi kering sempurna melebihi kayu yang dioven.
Artinya, kayu ini tidak akan lagi mengalami muai susut. Dari segi tampilan, kayu-kayu tua ini juga tidak mengecewakan, asal pintarpintar memolesnya.
Tapi membangun rumah dengan material bekas tentu saja harus diakui lebih merepotkan dibandingkan menggunakan material baru.
Karena mendapatkan material bekas lebih sulit dibandingkan mendapatkan material baru yang bisa tinggal dipesan di toko bangunan.
Bentuk rumah ini sebetulnya sederhana saja. Bagian tengah hanya digunakan untuk ruang tamu, sementara di sisi kiri dapur, dan di sisi kanan ruang makan.
Pintu lipat kaca menuju halaman belakang dialingi jendela dengan gorden jam pasir. Bata ekspos terlihat mewarnai hampir semua dinding.
Bata yang digunakan adalah bata biasa yang kemudian diberi coating sehingga terlihat lebih cerah warnanya.
Tampak depan rumah ini terlihat unik. Atapnya menggunakan model setengah, sehingga tidak banyak sambungan.
Bagian yang menjulang di belakang menyerupai tower mini, selain memperindah tampilan rumah juga berfungsi untuk sirkulasi udara.
Dapurnya dibiarkan tidak tertutup. Sebagai pengaling, digunakan dinding berlapis bata ekspos setinggi kirakira 1 m.
Dengan dua buah kursi yang diletakkan di depannya, dinding pengaling ini juga berfungsi sebagai meja breakfast atau bar. Bagian belakang dinding bata ini dibuat berbentuk rak untuk menyimpan perlengkapan dapur.
Ruang makan diletakkan berseberangan dengan dapur. Dari ruang tamu, ruang makan ini sedikit terhalang tangga. Meja makan dengan 6.
Anak tangga diberi pelapis kayu damar laut. Dinding sisi tangga diberi pelapis bata ekspos, sementara bagian sebelah kanan diberi pelapis batu kali yang juga di-coating.
#BerbagiIDEA #Berbagicerita #BisadariRumah #GridNetwork
Artikel ini tayang di Tabloid RUMAH edisi 65
(*)