Bahan tersebut kemudian dituangkan ke dalam cetakan dan dibiarkan mengeras menjadi potongan-potongan beton.
Proses tersebut nantinya memberikan efek estetik layaknya teraso.
Metode ini saat ini dilakukan secara manual untuk menghindari penggunaan panas, listrik dan perlakuan kimiawi serta memastikan prosesnya berkelanjutan dan terjangkau.
"Kami tidak ingin merusak lingkungan dalam proses atau hasilnya," kata salah satu pendiri Newtab-22, Hyein Choi.
Proses tersebut menghasilkan variasi ukuran beton.
Hyen mengatakan tekstur dan warna pada setiap beton memiliki keunikan.
Perbedaan tersebut terjadi jika pembuat mengubah jumlah kerang dan bahan pengikat atau menambahkannya dengan pewarna.
Bahan tersebut saat ini sedang dikembangkan untuk tujuan komersial dan sejauh ini telah digunakan untuk membuat produk seperti ubin dekoratif, permukaan meja, alas piring dan vas.
"Meski sebagian kerang telah didaur ulang dan digunakan sebagai pupuk, sebagian besar dibuang ke tempat pembuangan sampahh atau di tepi pantai," tulis Newtab-22 dalam penjelasannya.
Sebelumnya, limbah kerang dibuang dan menumpuk di pantai. Hal ini menyebabkan polusi serta mencemari tanah di sekitarnya. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Inovasi Ramah Lingkungan, Beton dari Kerang Laut
#berbagiIDEA