Sementara itu, vaksin Merah Putih yang dibuat oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman saat ini masih berjalan penelitiannya.
"Kami sebagai akademisi ingin menyampaikan paling tidak ada referensi. Bahwa inilah analisis kami kalau mau membuat vaksin dengan patokan virus yang ada di Indonesia," ujarnya.
Dengan kata lain, tujuan dari riset yang dilakukan Nidom adalah ingin memberi referensi apakah vaksin-vaksin yang akan digunakan di Indonesia sudah sesuai dengan virus corona yang berkembang di Indonesia atau tidak.
Sebab menurutnya, hingga saat ini belum ada informasi virus corona apa yang dijadikan patokan oleh Sinovac dan kandidat vaksin GX-19.
Seperti kita tahu, virus corona SARS-CoV-2 bermutasi dengan sangat cepat dan jumlahnya ribuan.
"Sudah sesuai tidak dengan virus yang ada di Indonesia. Itu kan belum ada keterbukaan informasi itu," ujar dia.
Nidom menilai, perlu ada keterbukaan dan dialog antara peneliti, pembuat vaksin, dan semua yang terlibat agar masyarakat dapat memahami utuh apa yang nantinya akan masuk ke dalam tubuh.
Dalam laporan penelitiannya, tim Nidom mengidentifikasi adanya peptida RRGPEQTQGNFGDQELIRQGTDYK dari nukleokapsi fosfosprotein untuk menghasilkan vaksin berbasis peptida yang bertentangan dengan SARS-CoV-2.
Baca Juga: Covid-19 Bisa Sebabkan Infeksi Usus Meski Tes Pernapasan Negatif
"Urutan asam amino itu (RRGPEQTQGNFGDQELIRQGTDYK) adalah pokok struktur virus (SARS-CoV-2) yang ada di Indonesia," jelas dia.
Untuk diketahui, peptida adalah suatu senyawa yang terdiri dari dua atau lebih asam amino yang dihubungan dalam suatu rantai dari setiap asam yang bergabung dengan rantai amino berikutnya.