Sejak pertama kali kita merawat pasien Covid-19, pengetahuan medis tentang terapi obat telah berkembang pesat, meskipun jarang diberitakan di media — sesuatu yang membuat Sharif bingung.
Mungkin hanya sedikit orang yang menyadari kemajuan imunoterapi karena hal ini sedikit kurang glamor, kata dia.
Kita semua bisa membayangkan bentuk vaksin, dan mungkin ingat pernah divaksinasi.
Namun jika Anda diminta membayangkan bentuk imunoterapi, apakah Anda bisa melakukannya?
"Terkadang kita seperti memakai penutup mata dan berkata bahwa vaksin adalah satu-satunya penyelamat.
Padahal sesungguhnya tidak begitu," ungkap Sharif.
"Vaksin membutuhkan 14 sampai 28 hari untuk bereaksi dan perlu paparan dan injeksi berulang kali. Imunoterapi bisa bekerja dalam hitungan menit dan jam."
"Harapan paling cepat bagi kelompok lanjut usia yang terinfeksi Covid-19 adalah ketika kita mampu menemukan obat yang bisa mengurangi durasi perawatan di rumah sakit dari berminggu-minggu menjadi beberapa hari," ujar Sharif.
"Atau bahkan obat yang mampu meniadakan perawatan intensif sama sekali."
Ratusan obat kini diteliti sebagai pengobatan potensial untuk Covid-19. Saat ini, salah satu yang paling menjanjikan adalah Dexamethasone, sejenis steroid yang terbukti mampu menurunkan angka kematian bagi pasien yang menerima intubasi oksigen.
Obat ini sudah disetujui penggunaannya di Inggris dan Jepang, serta diberikan kepada Presiden Trump ketika ia dirawat di rumah sakit karena infeksi Covid-19.
Saat ini, ada lima obat yang diizinkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk "penggunaan darurat" dalam perawatan pasien Covid-19, termasuk Dexamethasone.