Meskipun jumlah kasus di Xinjiangmenjadi beban kasus terbesar di China, langkah ketat dan keras sudah berlaku sejak nol infeksi di sana.
China tepatnya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei merupakan pusat penyebaran Covid-19 pertama kali.
Akibatnya kota itu dikunci hingga berbulan-bulan lamanya.
Meskipun Wuhan bergulat dengan lebih dari 50.000 kasus, jauh lebih banyak dari Xinjiang, penduduk tidak dipaksa sebagaimana dilakukan di Xinjiang.
Walaupun lockdown di Wuhan terbilang ketat, tapi warga diizinkan keluar dan tidak dipaksa minum obat tradisional.
Bahkan reaksi pemerintah pada 300 kasus di Beijing pada Juni lalu lebih santai lagi.
Otoritas hanya menutup beberapa lokasi yang dinilai berbahaya dalam beberapa minggu.
Sebaliknya, sekitar setengah dari 25 juta warga Xinjiangdi pelosok menjalani lockdown padahal lokasinya jauh dari pusat wabah di Ibukota Urumqi, sebagaimana diberitakan media pemerintah.
Lockdown di Xinjiangdiawasi aparat yang nampaknya telah mengubah wilayah tersebut menjadi negara polisi.
Selama tiga tahun terakhir, otoritas menyapu satu juta atau lebih orang Uighur, Kazakh, dan etnis minoritas lainnya ke dalam berbagai bentuk penahanan.
Mereka dimasukkan ke dalam kamp dan dilatih dengan kekerasan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)