Mengutip IDEAonline, ubin ini sempat mencapai tangga popularitas tertinggi dan merajai pangsa pasar penutup lantai di tahun 80 hingga 90-an.
“Dulu, Kalo pakai tegel ini kayaknya wah banget. Ibaratnya, kayak rumah sekarang pakai lantai granit asli,” ucap Rasminah, pemilik rumah yang mengisahkan bahwa hunian orang tuanya dulu juga menggunakan ubin klasik polos berwarna abu-abu.
Hanya, semenjak lahimya keramik dan penutup tantai keramik homogenous di tahun 2000-an, pesona ubin kiasik ini kian meredup dan susah dicari di pasaran.
Bahkan, beberapa orang memprediksi ubin ini akan “mati” dan tinggal kenangan.
Tetapi, ubin ini ternyata hanya mati suri.
Waktu jugalah yang akhirnya mempbangkitkan sang primadona ini kembali.
Bahkan, pecinta dan penggemamya kini terus bertambah banyak.
Ya, tren kembali ke klasik yang ada di masyarakat membuat pesona ubin klasik ini naik lagi ke permukaan.
Bahkan, banyak orang yang rela datang jauh-jauh ke Kota Yogyakarta sekadar membeli ubin klasik ini.
Tetapi, tahukahIDEA lovers, produsen ubin ini sudah hadir di Bandung dan Jakarta?