Awalnya dari hanya sekadar nongkrong. Lama-lama tumbuh menjadi komunitas hobi. Phaerly "Pei" Musadi (34) mendirikan komunitas "Neverland" bagi para penggemar papan luncur. Aktivitas dilakukan di teras workshopmilik Pei. Lokasinya terletak di kawasan Baranang siang, Bandung. Setiap sore atau sehabis pulang sekolah, anak asuh Pei yang berusia antara 8-12 tahun asyik meluncur dengan papan masing-masing.
Desain tempat berseluncur cukup sederhana. Hanya teras mungil berukuran 1,2x4meter dengan bidang seluncur (vert ramp) berukuran 1,2x0,8meter. Bahannya terbuat dari kayu solid. Lapisan paling atas dilapis vinyl. Agar tambah semarak, fasad (tampak depan) rumah Pei dilapis cat dinding weathershieldswarna-warni. Boleh dibilang, teras dan fasad rumah Pei dirancang untuk merespons aktivitas bermain. Tidak heran, di waktu tertentu teras workshop ini bakal,riuh oleh teriakan anak-anak yang mencoba teknik drop in(meluncur dari atas) atau ollie (loncat dengan papan), sampai malam hari.
Kenapa skateboard? Banyak hal yang bisa dipetik dari permainan ini. Selain merupakan bentuk respons terhadap lingkungan sekitar, proses pembuatan sarananyapun cukup inspiratif. Misalnya pemanfaatan bahan daur ulang untuk seluncur; anak diperkenalkan terhadap hal-hal kreatif sejak dini. Skateboardsendiri membutuhkan kelincahan, melatih ketahanan, dan juga kesabaran. Lagipula, memang lebih asyik melihat anak kecil berusia 7 tahun melakukan Kick Flip(meloncat sambil memutar papan skate) daripada ugal-ugalan naik motor. "Skateboard disini tidak hanya sekedar bermain saja, tapi juga memupuk rasa empati, kebersamaan, dan semangat do it yourself," Pei menjelaskan.
Foto: iDEA/Phaerly Musadi