Follow Us

Ada Jembatan dari Akar Melilit di Banten

Febrina Syaifullana (@vinna_mooo) - Jumat, 06 September 2013 | 02:00
Ada Jembatan dari Akar Melilit di Banten
Febrina Syaifullana (@vinna_mooo)

Ada Jembatan dari Akar Melilit di Banten

Lebak, Banten, sejak dulu sudah dikenal sebagai tempat berdiamnya Suku Baduy (atau Orang Kanekes, sebutan lainnya). Mereka adalah salah satu suku di Indonesia yang masih sangat menjunjung adat murni, dan mengisolasi diri dari dunia luar. Oleh karena itu, kehidupan di Lebak masih sangat sederhana; tanpa listrik, tanpa telepon, tidak boleh memotret, bahkan tanpa pasta gigi dan sabun untuk mandi (aktivitas bersih-bersih masih dilakukan di sungai).

Kesederhanaan juga terlihat dari segi transportasi dan arsitektur. Untuk mobilisasi (meskipun jarak perjalanan bisa sampai berkilometer-kilometer jauhnya), mereka masih mengandalkan kaki-kaki sendiri. Ke mana-mana mereka berjalan kaki. Sementara, rumah dan lumbung orang-orang Kanekes ini dibangun dari gubuk dan jerami untuk atapnya. Landmark yang ada di Lebak juga sungguh sederhana, namun sebagian besar membuat kita terpesona. Seperti salah satunya jembatan akar.

Jika ditempuh dari Kampung Kaduketuk, jembatan akar terdekat bisa dicapai kira-kira 3 jam jalan kaki. Ini bukan satu-satunya jembatan akar di Lebak. Ada beberapa lagi di Lebak. Hanya saja, inilah yang paling mudah dicapai.

Trek yang akan dilewati tidak akan jauh seputar naik-turun bukit, ladang-ladang yang tanahnya bertekstur kering tapi masih mampu ditumbuhi tanaman, atau jalan setapak yang di kanan-kirinya semak-semak. Beberapa kampung juga akan kita lewati.

Ngos ngos ngos. Kalau tidak terbiasa jalan kaki, Anda akan sering berhenti untuk mengambil napas. Haus pasti jadi teman paling karib. Maka dari itu, jangan lupa bawa bekal air minum yang cukup.

Sepanjang perjalanan Kaduketuk-jembatan akar, kita sudah memasuki daerah yang disebut "Baduy Luar". Dokumentasi foto atau video diperbolehkan. Jadi, Anda boleh menghabiskan kilometer dengan memotret keindahan Lebak yang sederhana tapi ngangenin itu.

Kalau beruntung, Anda akan berpapasan dengan orang-orang Kanekes yang tinggal di Baduy Dalam, dengan pakaian berupa kain warna hitam atau putih yang dililit-lilit. Jika ada di Dalam, mereka tidak akan boleh kita dokumentasikan.

Setelah 3 jam lebih sedikit berjalan kaki, Anda akan mendapati pemandangan akar-akar dari pohon yang masih hidup yang bergumul-gumul dan berjalin-jalin membentuk jembatan. Ini dia jembatan akar. Di bawahnya mengalir sungai kecil yang airnya berwarna kehijauan.

Saat datang ke sana di akhir 2010, saya ditemani satu orang Kanekes yang sekaligus menjadi penunjuk jalan. Namanya Pak Erwin.

Ia bercerita, jembatan akar ini letaknya masuk di Kampung Penyerangan. Dikombinasikan dengan susunan bambu untuk pijakan jembatan, jembatan akar yang panjangnya sekitar 10 meter ini dikira-kira sudah berusia 40 tahun.

"Jembatan ini yang buat Pak Sayunah. Dia tinggal di Kampung Penyerangan sini," kata Pak Erwin.

Anda memang hanya akan bisa duduk-duduk di sini. Orang yang lalu lalang di jembatan akar tidak banyak. Tapi tidak akan bosan-bosan mengira-ngira cara pembuatan jembatan akar ini.

Editor : Febrina Syaifullana (@vinna_mooo)

Latest