Follow Us

Mengintip Warisan Budaya Peranakan Tionghoa

Febrina Syaifullana (@vinna_mooo) - Sabtu, 09 November 2013 | 02:00
Mengintip Warisan Budaya Peranakan Tionghoa
Febrina Syaifullana (@vinna_mooo)

Mengintip Warisan Budaya Peranakan Tionghoa

Di daerah Pasar Lama, Tangerang tepatnya di Jalan Cilame No. 18/20 ada sebuah bangunan yang tampak sederhana dari depan. Bangunan ini terletak di tengah pasar dan berada tak jauh dari Kelenteng Boen Tek Bio, kelenteng tertua di Tangerang yang sudah berumur sekitar tiga abad dan sudah sudah dibangun sejak abad ke-17.

Di Museum Benteng, kita akan menemukan banyak hal menarik di balik sejarah kehidupan etnis Tionghoa di Indonesia. Mulai dari sejarah masuknya nenek moyang etnis Tionghoa ke Tangerang di Teluk Naga tahun 1407. Ada yang menduga mereka bagian dari pasukan Laksamana Cheng Ho. Cheng Ho adalah seorang Laksamana Tiongkok yang beragama Islam dan pernah melakukan pelayaran ke laut Selatan selama tujuh kali.

Selain itu, ada juga berbagai artefak yang menjadi saksi bisu kehidupan masa lalu orang-orang Tionghoa di Tangerang. Mulai dari alat-alat keseharian mereka seperti buku, timbangan, sepatu, kain batik, kebaya, sampai permainan mahyong.

Yang unik dari museum ini adalah setiap pengunjung yang datang akan didampingi oleh pemandu yang akan menemani perjalanan kita. Tak perlu kuatir, tarif untuk pemandu sudah dipotong dari harga tiket masuk ke museum ini.

Selain itu, setiap pengunjung akan mendapatkan topi anyaman bambu secara gratis. Maksud pemberian adalah untuk memperkenalkan dan memajukan kembali salah satu hasil kerajinan masyarakat Cina Benteng sejak zaman kolonial.

Museum ini berhasil mendapatkan penghargaan bergengsi yaitu Pemenang Kategori Heritage dari FIABCI Indonesia - BNI Prix d'Excellence Awards 2012. Penghargaan ini diberikan untuk bangunan bersejarah atau bangunan konservasi yang telah diidentifikasi sebagai peninggalan bersejarah. Udaya Halim, pemilik museum ini berharap dengan adanya museum Benteng Heritage keberagaman budaya di Indonesia akan semakin dihargai. Menurutnya, perbedaan harus menjadi sesuatu yang menyatukan sebagai sebuah harmoni.

Nah, setelah selesai berkeliling museum kita juga dapat membeli souvenir seperti kaos, atau oleh-oleh khas seperti Kecap Benteng, dodol, dan kue-kue tradisional. Jangan lupa juga untuk mencicipi jajanan murah dan enak yang ditawarkan di sepanjang jalan ke luar area museum tersebut.

Jam Operasional :

Senin: Tutup Selasa: 13.00 - 18.00 Sabtu - Minggu: 11.00 - 19.00

Harga Tiket Masuk

Dewasa: Rp20.000 Anak - Remaja (8-18th): Rp10.000 Mahasiswa: Rp. 15.000 Turis asing: 50.000

Foto: Bhisma Adinaya/Intisari

Sumber:intisari-online.com/

Editor : Febrina Syaifullana (@vinna_mooo)

Latest