Follow Us

Desain Organik Lebih Ramah Lingkungan

Devi F. Yuliwardhani - Senin, 28 April 2014 | 10:10
Desain Organik Lebih Ramah Lingkungan
Devi F. Yuliwardhani

Desain Organik Lebih Ramah Lingkungan

iDEAonline.co.id - Seiring berjalannya waktu, tren dalam dunia desain juga bergerak mengikuti perkembangan yang terjadi di tengah masyarakat. Saat ini gaya minimalis benar-benar sudah ketinggalan zaman. Di dunia internasional, gaya desain organik (organic design) pada bangunan maupun interiorlah yang sedang menjadi tren.

Apa sih desain organik itu? Kalau boleh disimpulkan secara sederhana, desain organik adalah desain yang mengikuti bentukan-bentukan alam. Contohnya, atap bangunan yang dibuat melengkung - berbukit dan berlembah - menyerupai bentuk alami kontur tanah.

Desain organik ini juga meliputi pilihan warna. Kita bisa memilih warna-warna alam, seperti hijau daun, atau warna-warni bunga. Tidak perlu takut bermain warna. Memadukan hijau dengan ungu, meskipun tampak aneh saat dibayangkan, ternyata bisa juga kok tampil cantik. Intinya, bebaskan ekspresi dan percaya diri.

Pilihan-pilihan warna nge-jreng seperti ini, mengingatkan saya pada desain-desain bergaya retro (kembali ke masa lalu), yang tampaknya sedang digemari juga di Indonesia. Banyak desain furnitur saat ini yang kembali ke gaya tahun 1960 atau 1970an. Mulai dari desainnya yang berpola atraktif, seperti lengkung dan kurva. Juga warna-warnanya yang berkesan "berani".

Terlepas dari apakah kedua gaya tersebut berkaitan, menurut saya, kedua gaya ini menarik. Mengapa? Karena keduanya mengeksplorasi sisi personal pemilik rumah atau gedung. Kita tidak perlu lagi takut mengaplikasikan warna favorit, yang mungkin tergolong terlalu cerah dan menyolok. Justru warna-warna demikian sedang banyak digemari dan diaplikasikan.

Desain Organik Berkaitan dengan Pemanasan Global

Mungkin sebagian dari kita sudah mulai bosan dengan pembicaraan soal Pemanasan Global (Global Warming). Walau bagaimanapun keadaan planet Bumi kita tecinta ini memang sedang "sekarat". Kalau bukan kita, yang tinggal di permukaannya, yang melindungi dan menjaganya, siapa lagi.

Seperti yang dikatakan oleh Naning Adiwoso dalam presentasinya mengenai tren desain arsitektur dan interior beberapa waktu lalu, "Desain-desain bangunan dan interior saat ini, menyumbang setidaknya 60% penyebab terjadinya pemanasan global. Oleh karena itu, kita patut memberikan perhatian khusus."

Desain organik yang mengadaptasi bentuk-bentuk alami, menurutnya bisa membuat kita lebih menghargai alam. Jika para arsitek dan desainer interior sudah bisa membuat desain-desain yang menghargai lingkungan, giliran konsumen yang harus diyakinkan. Siapa konsumen itu? Kita semua tentunya.

Berbicara soal gaya bangunan, sebenarnya kembali lagi pada diri masing-masing. Tidak perlu mengikuti tren, jika memang dirasa tak cocok. Tetapi memilih desain bangunan atau ruang yang ramah lingkungan, rasanya merupakan keharusan. Mau tidak mau, kita akan dipaksa untuk berbuat sesuatu untuk Bumi.

Bagi kita, masyarakat yang awam dengan desain arsitektur maupun interior, juga bisa kok berbuat sesuatu. Paling tidak kita bisa menghemat listrik, air, dan sumber energi lainnya. Jangan lupa juga menyediakan ruang terbuka hijau. Buat saja taman kecil-kecilan di sudut ruang.

Lalu, bagaimana dengan iDEA-Lovers? Ingin inspirasi lebih tentang desain rumah ramah lingkungan? Klik

Foto: Adeline

Editor : Devi F. Yuliwardhani

Latest