Follow Us

Beredar Hoax, BMKG : Kajian Ilmiah LIPI Soal Gempa Jawa Dipelintir

Alfa - Senin, 13 Agustus 2018 | 18:45
Sejumlah bangunan rumah rusak akibat gempa di desa Menggala, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Rabu (8/8/2018). Berdasarkan data terkini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tercatat, jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi berkekuatan 7 pada skala richter (SR) di Lombok bertambah menjadi 131 dari sebelumnya 105 orang.
KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG

Sejumlah bangunan rumah rusak akibat gempa di desa Menggala, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Rabu (8/8/2018). Berdasarkan data terkini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tercatat, jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi berkekuatan 7 pada skala richter (SR) di Lombok bertambah menjadi 131 dari sebelumnya 105 orang.

Menurut Dwikorita, yang paling penting saat ini adalah bagaimana kita membangun harmoni hidup bersama dengan gempabumi melalui mitigasi bencana untuk meningkatkan perlindungan dan pertolongan mandiri dalam menghadapi bencana.

Baca juga : Jangan Panik! Inilah Cara Menyelamatkan Diri Saat Gempa di Dalam Rumah

Daripada larut dalam diskusi, perhitungan, ramalan, dan perkiraan mengenai kapan lagi gempabumi akan terjadi.

"Gempa bisa terjadi sewaktu-waktu, kapanpun dan dimanapun. Namun kita berupaya jangan sampai ada korban, dengan cara tidak panik dan paham apa yg harus disiapkan sebelum, saat, dan setelah gempabumi," terangnya. Terkait informasi hoax yang muncul dan viral di medsos, Dwikorita mengatakan sudah sepatutnya para netizen dapat menyaring secara bijak aneka kabar berupa teks, foto dan video yang begitu gampang diakses publik.

Baca juga : Dibalik Cerita Bangunan Adat Kampung Naga, Rumah Tradisional Sunda Tahan Gempa

"Kami menghimbau masyarakat tetap tenang dan tidak mudah percaya informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan "tergoda" dengan ramalan-ramalan atau prediksi.

Pastikan informasi terkait gempabumi bersumber dari BMKG.

Lebih lanjut Dwikorita mengatakan, viralnya kabar hoax tentang bencana lantaran munculnya rasa takut dan cemas yang berlebih.

Kondisi ini mendorong individu untuk ingin segera tahu kapan dan dimana gempa akan kembali terjadi.

Selain itu, tambah dia, tidak sedikit individu yang merasa bangga ketika dapat menyebarkan berita pertama kali tanpa peduli kebenaran isi berita. (*)

Baca juga : Dihimbau Tinggalkan Rumah, Begini Karakteristik Gempa Bumi di Lombok

Editor : iDEA

Latest