"Namun, gempa bermagnitudo 7,4 memang sangat 'benci' dengan bangunan bertingkat, mayoritas bangunan bertingkat menggunakan rigid frame, dan menjadi santapan gempa," tambah pria yang memiliki spesialisasi di urban planning dan disaster resillience ini.
Rifai menceritakan, hingga tahun 2000-an, bangunan di Palu mayoritas hanya memiliki dua lantai.
Bangunan baru, seperti Hotel Roa-roa dan Santika, dengan lebih dari tiga lantai merupakan hal yang baru dikenal setelah waktu tersebut.(*)