IDEAonline -Diarsiteki oleh Yu Sing dari Studio Akanoma, bangunan tersebut memang dibuat untuk mendukung kenyamanan beraktivitas bagi orang-orang di dalamnya.
Baca Juga: Begini Asiknya Tampilan Rumah Kantor Seluas 150 M yang Menggunakan Lebih dari Dua Gaya Sekaligus
Betapa tidak? Salah satu yang menarik perhatian adalah lantai pada taman belakang yang berpola permainan tradisional taplak gunung (engklek).
Sejenak saya memperhatikan bangunan yang dirancang terbagi menjadi 2 bangunan. Ini merupakan pengejawantahan Yu Sing atas kata “production” dan “house.”
“Production” dianalogikan menjadi sesuatu yang berkembang dan produktif, sedangkan kata “house” diterjemahkan menjadi sebuah hal yang nyaman.
Karena itulah pada bangunan yang satu tampak layaknya sebuah rumah yang membumi, sedangkan bangunan satunya tampak seperti sebuah bangunan dekonstruksi yang sesuai untuk mendukung suasana kerja bagi orang-orang yang kreatif
Kantor ini memiliki filosofi tersendiri, yaitu agar jangan pernah lupa bahwa jabatan atau posisi setinggi apa pun, segala sesuatunya dimulai dari bawah, dari sebuah rumah.
Baca Juga: Akali Hunian Seluas 40 M, Pasangan Ini Gunakan Furnitur yang Sudah Jadi Agar Praktis dan Terjangkau
Sedangkan posisi di atas kolam adalah karena posisi bangunan terletak di daerah Sunda Besar.
Daerah Sunda kerap menggunakan saung di atas sebuah kolam, dengan material kayu dan bambu.
Ruang kerjanya dibuat dengan tanpa satu pun partisi. Ini agar tidak ada batas antara owner maupun karyawan.
Menurut Ganesha, area ini harus menjadi melting pot layaknya sebuah keluarga. Semua yang ada di sini menurutnya dibuat sendiri, kecuali papan tulis.
Sedangkan kaca pada salah satu bagian dibuat Yu Sing agar dapat memberikan pemandangan yang luar biasa saat matahari turun.
Saya pun turut membuktikan tatkala sinar matahari Kayu dan besi pada tangga merupakan bentuk penggabungan antara unsur “rumah,” dan “produksi.” yang menyeruak masuk memberikan keindahan tersendiri.
Baca Juga: Begini Asiknya Tampilan Rumah Kantor Seluas 150 M yang Menggunakan Lebih dari Dua Gaya Sekaligus
Dan pengalaman tersebut tidak pernah sama, karena efek cahaya yang berbeda-beda di setiap harinya.
Menyatukan 2 rupa bangunan yang berbeda fisik maupun filosofisnya tentu tidaklah mudah. Butuh sebuah “jembatan” yang dapat menyatukannya.
Atas dasar itulah, kemudian diputuskan untuk membuat area tengah yang menjadi penyambung 2 bangunan tersebut, dengan memasukan unsurunsur keduanya.
Ganesha berujar jika bangunan tengah ini memang lebih merupakan perpaduan antara “house,” dengan “production.” Menjadi melting pot dari orang-orang.
Kultur masyarakat Nusantara menurut Ganesha adalah cair. Jadi mau siapapun mulai dari klien, direksi, hingga karyawan, bisa berkumpul bersama dan rileks sejenak di area ini.
Baca Juga: Dibangun 2 Lantai, Hunian Seluas 250 M Ini Bak Melayang di Ujung Jalan!
Perpaduan tersebut dapat dirasakan, misalnya pada pemilihan furnitur yang berupa kursi tua yang mengingatkan kita saat berkunjung ke rumah kakek nenek.
Menurut Ganesha, furnitur memang dibuat dengan berafiliasi pada rumah dan se-Indonesia mungkin.
“Jika sekarang orang-orang ingin membuat rumahnya ‘se-IKEA’ mungkin, maka kami ingin yang Indonesia banget,” ujarnya seraya tertawa.
Baca Juga: Seolah Menyatu dengan Taman, Hunian Seluas 250 M Ini Hadirkan Gaya Tropis di Dalamnya
Konsep tersebut lantas bersanding dengan penggunaan material yang deskontruktif pada beberapa sudutnya, misalnya menggunakan jaring penangkap ikan sebagai tempat orang bersantai alih-alih menggunakan hammock.
Memadukan 2 unsur yang berbeda memberikan warna tersendiri pada keseluruhan bangunan.
Ah keren banget kan!!
(*)