IDEAonline- Rumah ini lahannya terbatas, namun kesan ruang yang dihasilkannya luas dan berkualitas.
Tahun 2012, Rony Paslah dan keluarga akhirnya memutuskan untuk mencari rumah baru.
Rumah yang lama ia jual.
Ia merasa, rumah yang berada dalam komplek perumahan tersebut tak bisa mewadahi aktivitas dan kebutuhan keluarganya.
“Dulu tinggal di cluster.
Bentuk rumahnya dua lantai.
Saya capek mesti naik turun.
Harus memilih, anak atau saya dengan istri yang di atas.
Mau melebarkan rumah juga susah karena lahan terbatas,” ungkap Rony Paslah.
Keputusan akhirnya dibuat. Ia kemudian mencari tanah kosong untuk membangun rumah baru yang diidamkan.
Beruntung, Ia menemukan lahan kosong yang berada tak jauh dari lokasi rumah lama.
Rumah lantas ia jual untuk membeli tanah dan membangun rumah.
Percayakan pada Arsitek Agar hunian yang baru bisa terbangun sesuai kebutuhan dan dana yang Ia miliki, Rony pun memercayakan desainnya pada arsitek.
Kebetulan, adiknya memiliki teman yang berprofesi sebagai arsitek rumah bernama Faizal Syamsalam.
Baca Juga: Trik Ganti Suasana Hunian Tanpa Harus Mengecat Rumah, Gunakan Tegel!
“Kenal Faizal dari adik saya.
Saat itu saya sudah tinggal di kontrakan karena rumah lama sudah dijual, sedangkan rumah baru belum dibangun.
Untuk desain dan pembangunan rumah kurang lebih satu tahun.
Saya harus cepat-cepat biar tak perlu memperpanjang waktu sewa,” ujar Rony.
Faizal, sebagai arsitek lantas menerjemahkan keinginan dan kebutuhan pemilik melalui desain.
“Awalnya pemilik datang dan tanya ke saya, ‘sekarang bangun rumah berapa?’.
Saya jawab sekitar empat jutaper meter persegi.
Dia lantas menjelaskan dana yang tersedia kurang lebih 350-400 jutaan untuk membangun rumah,” kata Faizal tentang awal pertemuan.
Faizal lantas mengolah lahan seluas 17 m x 12 m.
Ia membuat bangunan yang efisien secara ruang dengan banyak taman.
Baca Juga: Trik Mendesain Kamar Kostan nan Sempit, Samakan Warna Lantai dan Dinding!
Luas bangunan hanya 110 m².
Bangunan juga hanya berupa satu lantai sehingga mengghemat anggaran.
Baginya, bangunan boleh dengan bujet terbatas, namun kualitas ruang rumah harus berkualitas.
Berpusat di Ruang Makan Tak banyak kebutuhan ruang yang Rony minta ke Faizal.
Ruang diminta meliputi ruang keluarga, ruang makan, 1 kamar utama, 2 kamar anak, dapur, ruang servis dan kamar pembantu.
Baca Juga: Trik Cepat Bangun Rumah dengan Menghemat Biaya, Coba Sistem Dinding Drywall!
Untuk tata ruang diserahkan sepenuhnya ke Faizal.
“Dia juga menjelaskan sering ada acara keluarga.
Cuma ngumpul-nya pasti di ruang makan.
Clue-nya itu aja.
Terus pengembangan desain lebih melihat kondisi nyata di lahan saja,” ujar Faizal.
Ruang keluarga lantas ditempatkandi tengah-tengah bangunan rumah.
Ruang makan bahkan menjadi ruang pertama yang dijumpai ketika memasuki ruang dalam.
Tak ada ruang tamu di rumah ini.
Faizal kemudian menempatkan kamar tidur di sisi belakang lahan.
Tujuannya untuk mengurangi kebisingan.
Sedangkan dapur diletakan di depan agar mempermudah sirkulasi pembantu dan pembuangan sampah rumah.
Tak hanya menghubungkan antarruang, ruang makan juga seolah menyatukan ruang taman depan dengan taman belakang.
Terlebih, penyekat antara ruang dalam dengan ruang luar hanya berupa jendela kaca dan pintugeser dengan kawat kasa.
“Bentuk bangunan awalnya L.
Tapi, agar taman depan dapat dinikmati dari ruang makan, bangunan depan di-twist.
Hasilnya ruang makan diapit taman belakang dan di depan.
Secara bentuk memang jadi asimetris,” tutur arsitek lulusan Unversitas Parahyangan ini.
“Saya juga menekankan ke tiap klien, bahwa udara dan cahaya alami adalah ‘harga mati’.
Mau tidak mau, ruangan jadinya single loaded.
Jadi makanya kita bikin bangunannya memanjang.
Sirkulasi kita keluarkan.
Jadi kalau mau ke ruang lain ya harus keluar.
Teras berfungsi sebagai selasar,” imbuhnya.
Keberadaan taman yang seolah menjadi satu dengan rumah pun mewujudkan impian Rony tentang rumah yang nyaman.
“Saya suka punya taman, tapi bukan taman belakang biasa yang menjadi ruang sisa di belakang rumah.
Baca Juga: Mau Cegah Tampias Air Hujan? Coba Buat Teras Model Decking atau Beton!
Saya ingin taman yang memang bisa dinikmati.
Sekarang kalau keluar kamar, kami sekeluarga bisa langsung lihat taman.
Anak-anak bahkan bisa bermain disana.
Pengawasan juga mudah karena semua ruang terbuka,” tutup Rony.
Artikel ini pernah tayang di majalah IDEA edisi 140
(*)