IDEAonline- Kesadaran akan betapa berharganya sumber daya alam yang saat ini ada, Melahirkan bentuk desain baru yang membumi.
Kemajuan teknologi yang melaju sangat pesat membawa dampak banyak sekali pada kehidupan manusia, termasuk dalam mengubah pola pikir manusia tentang desain bangunan.
Menariknya, teknologi tinggi tidak selalu menciptakan tren desain bangunan ke arah gaya futuristik yang dahulu banyak diprediksi.
Baca Juga: Siap Hadapi Corona di Rumah, Artis Ini Isolasi Diri hingga Harus Pisah Ranjang dengan Sang Suami!
Untuk desain bangunan rumah tinggal, justru muncul kecenderungan yang berkebalikan dari apa yang identik dengan anggapan tentang kecanggihan teknologi.
Beberapa tahun belakangan, semakin banyak desain hunian yang kembali mengapresiasi alam dan tradisi.
Semakin sering kita menemui bangunan yang justru membuka diri kepada lingkungan sekitarnya, dengan memanfaatkan potensi alam berupa matahari, udara, serta vegetasi.
Semakin banyak pula terlihat penggunaan material alam seperti kayu, rotan, batu, dan tanah liat pada bangunan maupun sebagai pengisi rumah.
Di tahun ini, yang banyak ditemukan bahkan bukan sekadar materialnya yang alami, tetapi tampilannya pun apa adanya.
Finishing yang alami dengan memperlihatkan material aslinya saat ini lebih disukai.
Bahkan, tak jarang yang menggunakan material tanpa finishing sama sekali.
Keuntungan alam tropis Di Indonesia khususnya, desain yang menggunakan kaidah bangunan tropis tidak akan lekang di makan zaman.
Karena mustahil mengingkari iklim yang erat kaitannya dengan kenyamanan bertinggal dalam bangunan.
Baca Juga: Tips Bangun Rumah di Lahan 145 Meter, Walau Tak Simetris Tetap Terasa Luas, Kok Bisa?
Arsitek Cosmas Gozali bahkan meyakini bahwa desain tropis akan terus bertahan, antara lain karena alam menyediakan energi yang dapat dimanfaatkan untuk penghematan.
Bangunan dibuat terbuka, demi memasukkan cahaya matahari yang berlimpah dan memungkinkan adanya pertukaran udara alami, tanpa bantuan perangkat yang membutuhkan konsumsi energi.
Penghematan energi menjadi isu yang semakin santer seiring dengan meluasnya kesadaran akan krisis energi global.
Konsumsi energi yang berbanding lurus dengan biaya akan menjadi perhatian utama, terutama di tengah krisis ekonomi.
Baca Juga: Bosen Kerja di Rumah? Luangkan Waktu untuk Mendesain Taman Kering Yuk, Mudah!
Segala upaya penghematan akan dilakukan, termasuk yang terkait dengan penggunaan energi pada bangunan, berupa penerangan dan pengudaraan.
Pendekatan serupa dilakukan oleh arsitek Deddy Wahjudi, saat merancang huniannya yang justru merangkul alam, yang memungkinkan penghuni berinteraksi bebas dengan alam sekitarnya.
Kala matahari bersinar atau pun turun hujan, sensasinya dapat terasa dari dalam rumah.
Vegetasi asli pada lahan dibiarkan tak tersentuh demi mendapatkan view dan menjadi penyejuk alami.
Bentuk-bentuk khas bangunan tropis seperti atap pelana kembali naik daun.
Seperti ditemukan pada rumah arsitek Muchrifin.
Masalah akibat hujan dan panas yang terkait atap dapat diminimalkan tanpa mengorbankan estetika.
Teritisan lebar tanpa talangkembali mendapat tempat yang meniadakan masalah tampias tanpa menghilangkan sensasi curahan hujan. anti artifisial
Desain selalu memiliki alternatif bentuk baru yang merupakan hasil dari kejenuhan akan apa yang sedang berlangsung.
Di tengah maraknya berbagai teknologi yang menawarkan proses instan untuk mempermak segala sesuatu, muncul kejenuhan sehingga sesuatu yang alami lebih diapresiasi.
Seperti tren rias wajah yang natural, ini juga terjadi dalam dunia desain bangunan dan interior.
Segala yang berbau artifisial dianggap punya kesan menutup-nutupi kekurangan.
Karena itulah muncul istilah unfinished yang memiliki arti material tanpa finishing atau lapisan lain.
Mengekspos material asli menjadi sebuah kesengajaan, tanpa takut terkesan seperti bangunan belum jadi.
Baca Juga: Bisa Sebagai Struktur Bangunan, Ini Manfaat Pohon Jati dan Pohon Kelapa yang Jarang Diketahui!
Arsitek realrich Sjarief mengungkap kan bahwa material perlu dikembalikan ke posisi natural yang jujur, tanpa perlu kosmetik.
Kejujuran material adalah istilah yang umum digunakan para arsitek kini untuk menggambarkan konsep material yang tampil apa adanya, tidak ada yang ditutup-tutupi.
Beton terlihat seperti beton, kayu terlihat seperti kayu.
Menghargai proses merupakan sikap yang terkandung di balik pemilihan material unfinished ini.
Baca Juga: Siap Hadapi Corona di Rumah, Artis Ini Isolasi Diri hingga Harus Pisah Ranjang dengan Sang Suami!
Seperti dikatakan realrich, bahwa urat beton yang terlihat justru dapat menceritakan proses pengeringan beton yang perlahan.
Ini juga pernah diungkapkan oleh Irvan Noeman, bahwa ke depannya slow design akan menjadi tren.
Bagaimana proses sebuah benda diciptakan akan lebih dihargai, bukan sekadar tampilan akhirnya.
Tren di dunia desain bangunan dan interior memang tidak berubah secepat tren fashion. Seperti dijelaskan oleh Isti Dhaniswari, desainer produk dan trend forecaster, bahwa tren sangat erat kaitannya dengan mindset atau pola pikir masyarakat.
Namun, teknologi saat ini memungkinkan orang lebih mudah berbagi informasi dan membuat tren cepat tersebar.
Dapat disimpulkan, bangunan yang merespon kondisi alam dan menampilkan material sebagaimana adanya yang akan banyak dihasilkan.
Tropis dan unfinished, kedua kata kunci yang kami yakini akan mewarnai desain bangunan dan interior di tahun mendatang.
Artikel ini tayang di majalah IDEA edisi 161
(*)