Kembali Lakukan Lockdown, Warga China Kaget Pemerintah Temukan Kasus Covid-19 Terbaru, Kini Keluar Rumah Harus Gunakan Kartu Identitas

Jumat, 03 April 2020 | 17:30
Youtube

Cover film dokumenter The Lockdown: One Month in Wuhan.

IDEAonline- Sebuah wilayah di China Kembali lakukan lockdown setelah kasus Covid-19 kembali muncul.

Hal tersebut dilakukan lantaran sulit menahan wabah tersebut karena banyak yang menjadi carier atau pembawa virus yang tidak menunjukkan gejala sakit.

Wilayah tersebut adalah Jia yang memiliki populasi sekitar 640.000 jiwa.

Baca Juga: Posting Video Terbaring di Sofa dengan Gaya Nyeleneh, Maya Septha Curhat Soal Rasa Bosennya di Rumah, Warganet: Mending Kasih Postingan yang Positif

Baca Juga: Sempat Dinyatakan Positif Covid-19, Ini Kabar Baik dari Wali Kota Bogor Bima Arya, ‘Mudah-mudahan Bisa Memimpin Kota Bogor Lagi’

Pada Rabu (1/4/2020), Jia mengeluarkan arahan untuk menutup semua kompleks perumahan.

uvahealth.com

Kembali Lakukan Lockdown, Warga China Kaget Pemerintah Temukan Kasus Covid-19 Terbaru, Kini Keluar Rumah Harus Gunakan Kartu Identitas

Bagi warga yang akan berkunjung maupun meninggalkan rumah harus menunjukkan kartu identitas.

Selain itu juga harus mengenakan masker dan melakukan pengecekan suhu tubuh.

Selain itu lalu lintas kendaraan juga akan dibatasi.

Dikutip dari Bloomberg.com, Kamis (2/4/2020), pembatasan tersebut kembali dilakukan berawal dari sebuah insiden.

Seorang wanita terinfeksi Covid-19 setelah mengunjungi seorang dokter.

Dokter tersebut ternyata adalah seorang carier, yaitu orang yang membawa virus tanpa menunjukkan gejala sakit.

Baca Juga: Sempat Dinyatakan Positif Covid-19, Ini Kabar Baik dari Wali Kota Bogor Bima Arya, ‘Mudah-mudahan Bisa Memimpin Kota Bogor Lagi’

Baca Juga: Mengaku Tidak Pernah Cuci Piring Sejak 12 Tahun Lalu, Jessica Iskandar Kaget dan Temukan Fakta Sebenarnya Mengenai Nia Ramadhani, Intip Dapurnya yang Ikut Jadi Sorotan

Para peneliti menemukan seseorang yang menjadi carier memiliki peranan besar dalam menyebarkan patogen kepada orang lain.

Hal tersebut karena banyak negara, terutama negara-negara yang memiliki kapasitas pengujian terbatas hanya akan melakukan tes kepada orang-orang yang menunjukkan gejala seperti batuk dan demam.

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber : wiken.id

Baca Lainnya