IDEAonline -Dalam berbagai kesempatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan masyarakat harus bisa berkompromi, hidup berdampingan, dan berdamai dengan Covid-19 agar tetap produktif.
Untuk itu, pemerintah akan mengatur kehidupan masyarakat agar dapat kembali berjalan normal.
Dia pun menyebutnya dengan istilah new normal.
Baca Juga: Kamar Berlimpah Cahaya dengan Kasur di Tempat Tidur Rendah, Gaya Modern dengan Sentuhan Jepang
Pandemi Covid-19 tak dipungkiri menimbulkan dampak bagi kehidupan umat manusia, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi.
Bahkan, pandemi Covid-19 juga berdampak pada rutinitas sehari-hari manusia yang biasanya menjalankan aktivitas seperti bekerja, sekolah, berolahraga, dan lainnya, kini dipaksa untuk berdiam diri di rumah.
Oleh karenanya, istilah new normal hadir sebagai kehidupan baru dari adanya pandemi Covid-19.
Namun tampaknya Presiden Joko Widodo harus memikirkan ulang wacana meminta masyarakat Indonesia untuk 'berdamai' dengan virus corona selama vaksin yang efektif belum ditemukan.
Sebabnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam berita terkininya mengutuk konsep herd immunity atau kekebalan kelompok yang mulai digaungkan berbagai negara dalam mengelola pandemi Covid-19.
Menurut Direktur Eksekutif Program Kedaruratan kesehatan WHO, Dr. Michael Ryan, negara-negara yang berpikir bahwa 'berdamai' dengan virus corona akan secara ajaib menciptakan kekebalan kelompok adalah pemikiran yang keliru.
Baca Juga: Dituding sebagai Penyebab Perubahan Iklim dan Pemanasan Global, Inilah 6 Jenis Utama Gas Rumah Kaca
Baca Juga: Mengapa Kasur Perlu Diberi Pillow Top? Penting, Simak di Sini!
Langkah-langkah melonggarkan lockdown di mana pemerintahan suatu negara belum benar-benar melakukan sesuatu dalam memerangi Covid-19 disebutnya amat berbahaya.
Dr. Ryan menjelaskan, konsep herd immunity sejatinya digunakan untuk menghitung berapa banyak vaksin yang harus disebar di suatu populasi untuk melindungi orang-orang yang tidak divaksinasi.
"Kita perlu hati-hati saat menggunakan istilah-istilah ini di sekitar infeksi alami pada manusia," kata Dr. Ryan dikutip dari laman WHO (17/05/2020).
"Karena hal ini justru dapat menyebabkan akibat yang sangat brutal, yang tidak menempatkan orang, kehidupan, dan penderitaan di tempat semestinya," tambahnya.
Konsep herd immunity bisa diartikan sebagai upaya untuk menghentikan laju penyebaran virus dengan membiarkan populasi terpapar.
Mereka diharapkan bisa mendapatkan imunitas atau kekebalan alami sehingga virus hilang dengan sendirinya.
Namun, konsep yang kini mulai digaungkan berbagai negara, mendapat kritik dari para peneliti.
Sebabnya, strategi herd immunity dinilai bakal menimbulkan banyak korban meninggal sebelum kekebalan kelompok bisa tercapai.
"Ini adalah penyakit serius, ini adalah musuh publik nomor satu. Kami telah mengatakan ini berulang kali. Tidak ada yang aman sampai semua orang aman," tegas Dr. Ryan.
"Satu-satunya cara aman kita akan bisa mendapatkan herd immunity terhadap virus ini adalah vaksin," kata Natalie Dean, seorang ahli biostatistik di University of Florida yang berspesialisasi dalam epidemiologi penyakit menular, dikutip dari New York Post (04/05/20)
Ahli lain pun berpendapat setidaknya untuk saat ini, herd immunity bukanlah tujuan yang dapat dicapai.
Baca Juga: Mau Habiskan Waktu Setelah PSBB? Yuk Kepoin Kafe Bertema Kpop Bergaya Industrial!
Baca Juga: Dampak Pemanasan Gobal dan Kemunculan El Nino
Melakukan herd immunity seperti pada kasus cacar air dan campak adalah ide yang mengerikan, para ilmuwan menjelaskan.
Tidak hanya karena Covid-19 jauh lebih berbahaya daripada cacar air, tetapi juga karena seseorang tidak hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya.
"Kami telah mendengarkan dengan prihatin terhadap suara-suara yang keliru menyarankan bahwa herd immunity dapat segera memperlambat penyebaran Covid-19," tulis David Dowdy dan Gypsyamber D'Souza, dari Departemen Epidemiologi di Sekolah Kesehatan Publik Johns Hopkins Bloomberg, dikutip dari Reuters (07/05/20).
"Covid-19 100 kali lebih mematikan daripada cacar air. Misalnya, di kapal pesiar Diamond Princess, tingkat kematian di antara mereka yang terinfeksi SARS-CoV-2 adalah 1%," jelas mereka.
Sehingga seseorang yang pergi ke "pesta virus corona" untuk terinfeksi tidak hanya akan secara substansial meningkatkan peluang mereka sendiri untuk mati di bulan berikutnya, efek dari herd immunity ini juga akan membahayakan keluarga dan teman-teman mereka.
Artikel ini telah tayang di Grid Health dengan judul"Berdamai Dengan Virus Corona Ramai Didengung
#Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork
(*)