IDEAOnline-Pemanasan global yang terus terjadi diperkirakan dapat membangkitkan kembali pola iklim kuno di Samudra Hindia.
Diperkirakan pola iklim itu miripdengan El Nino, berdasarkan penelitian baru oleh para ilmuwan dari University of Texas di Austin yang telah dipublikasikan dalam jurnal Science Advances pada 6 Mei 2020.
Jika El Nino terjadi, peningkatan suhu permukaan Samudra Hindia akan membuat cuaca secara global semakin kacau, terutama di wilayah-wilayah yang bergantung pada pertanian tadah hujan, yakni yang memanfaatkan air hujan sebagai penyuplai utama pasokan air.
Melansir Gizmodo, Sabtu (8/5/2020), studi tersebut didasarkan pada penelitian sebelumnya yang diterbitkan oleh beberapa penulis yang sama di tahun 2019, di mana menunjukkan pola iklim di El Nino di Samudra Hindia ada selama Zaman Es terakhir pada 20.000 tahun yang lalu
Saat itu, akibat pemanasan global mendadak yang disebabkan oleh kondisi alami, suhu lautan yang berfluktuasi menyebabkan malapetaka pada pola cuaca global.
Pada masa kini, aktivitas manusia terus mendorong terjadinya pemanasan globbal dan membuat iklim menjadi tidak stabil.
Jika tren ini terus berlanjut, diperkirakan El Nino Samudra Hindia yang terjadi pada 20.000 tahun lalu dapat muncul kembali di awal tahun 2050. Samudra Hindia hari ini mengalami sedikit perubahan iklim dari tahun ke tahun karena angin yang bertiup dari barat ke timur, menjaga kondisi laut tetap stabil.
Baca Juga: Yuk, Turut Bantu Selamatkan Bumi dengan Mendaur Ulang Kertas
Menurut simulasi, pemanasan global bisa membalikkan arah angin, membuat laut tidak stabil dan mengubah iklim menjadi ayunan antara pemanasan dan pendinginan yang mirip dengan fenomena iklim El Nino di Samudra Hindia dan La Nina di Samudra Pasifik.
Perubahan suhu sekitar satu atau dua derajat saja mungkin tidak tampak seperti masalah besar.