Serba-serbi Penggunaan Kayu untuk Material Bangunan, Ternyata Kayu Bisa Jadi Pembahasan yang Dalam

Jumat, 27 November 2020 | 06:00
Home Stratosphere

Serba-serbi Penggunaan Kayu untuk Material Bangunan, Ternyata Kayu Bisa Jadi Pembahasan yang Dalam

IDEAonline –Kita hidup di Indonesia sebenarnya sudah dikelilingi dengan sekian banyakkemewahan.

Ketersediaan sumberdaya alam memanjakan kita untukhidup cenderung berlebihan.

Sisanya, sumber daya manusia kita lah yangharus kita tata dan didik untuk dapatmenyejahterakan bangsa kita sendiri.

Salah satu sumber daya alam kitayang terbaik di dunia adalah kayu. Dan kita perlu cukup bijaksana untukmemakainya.

Memperbaharui sumber dayaalam kayu adalah pekerjaan yang tidakmudah.

Diperlukan waktu berpuluhtahun untuk menyediakan bahan kayuyang cukup baik untuk mendapatkanmaterial kayu yang cukup baik untukdijadikan material bahan bangunan: tiang, balok, papan kayu, dan jugakayu lapis.

Bila kita perhatikan, banyak bangsa, termasuk bangsa kita, mempunyai budaya tinggi dalampenggunaan kayu.

Baca Juga: Sang Mantan Masuki Minggu Kedua Pernikahan, Model Kelahiran Jerman yang Sempat Jadi Wanita Idaman Sule Ini Sibukan Diri dengan Berlibur ke Hotel Mewah, Menginap di 3 Hotel Sekaligus!

Baca Juga: Mulai Malas Bersih-bersih Sejak WFH? Jangan Lupa Bersihkan Seprai Dengan Bumbu Dapur Satu Ini!

Bangsa Jepang, misalnya, mempunyai tukang kayu yang hebat, salah satu mempunyai ilmu “loosnessin precision”.

Dalam setiap presisipertemuan kayu, mereka sudahmempertimbangkan kesalahan ukuransehingga antisipasi perbaikannya dilapangan mereka sudah tahu persis.

Untuk itu mereka semua bersertifikat (dulu di jaman Belanda, tukang kayudi Indonesia juga bersertifikat).

TadaoAndo, arsitek hebat Jepang saat ini tidak sekolah arsitektur, tapi setelah alihkarier dari bertinju, ia memulai denganmagang menjadi tukang kayu, sekarangterlihat sebagai “ahli” beton.

Bangsa Skandinavia sangat uletmengembangkan kayu lapis yang dapat ditekuk, dilengkung, sehingga arsitek-arsiteknyamenghasilkan banyak desainmebel kayu yang fantastis, misalnyaAlvar Aalto.

Kayu di rumah konvensionalIndonesia lebih banyak dipakai untukkusen pintu/jendela, tangga, danrangka atap.

Baca Juga: Mulai Malas Bersih-bersih Sejak WFH? Jangan Lupa Bersihkan Seprai Dengan Bumbu Dapur Satu Ini!

Baca Juga: 8 Pemicu Stres Kala Lakukan WFH di Rumah! Hati-hati, Bahkan Suara TV Bisa Jadi Pemicu

istimewa

Tadao Ando membuat Museum of Wood di Hyogo untuk menghormati alam dan juga kemampuan otak manusia melalui teknologi.

Selebihnya, bisa untukdinding, lantai, dan plafon.

Namun, sekarang ini timbul kesadaran untuk memilih pemakaian kayu yangmulai dipandang sebagai barangmewah ini—memang tergantungjenis kayunya—dengan seksama danseperlunya.

Kita cenderung tidakmenggunakan kayu untuk daerahbasah seperti kamar mandi, walaupunsekarang mulai banyak orangIndonesia yang berpikir kamar mandiitu bisa kering.

istimewa

Tadao Ando membuat Museum of Wood di Hyogo untuk menghormati alam dan juga kemampuan otak manusia melalui teknologi.

Sesuai dengan prinsip “environmental sustainability” (kesinambungan, keterdukunganlingkungan) maka di Aceh rakyatdiajak untuk tidak terlalu banyakmenggunakan kayu untukmembangun kembali rumah mereka, tetapi dianjurkan untuk memakaibahan bangunan pengganti, agarhutan mereka tidak rusak.

Kita perlu mulai mempertimbangkanhal ini dengan melihatposisi kita sendiri dalam halpenggunaan kayu untuk materialbangunan kita.

Adakah yang bisadiganti dengan material lain? Manusia selayaknya tidak malasberpikir untuk menyelamatkanlingkungannya dan dirinya sendiri. Jangan hina otak kita sendiri.

#BerbagiIDEA #Berbagicerita #BisadariRumah #GridNetwork

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya