Polusi Udara Mengintai, Ini Cara Menjaga Lingkungan Ruang Tetap Bersih

Kamis, 05 November 2020 | 16:30
Kompas.com

Ilustrasi polusi di luar ruang, nisa berasal dari asap mobil.

IDEAOnline-Disebutkan dalam laporan terbaru State of Global Air 2020 (SoGA 2020) oleh Health Effects Institute bekerja sama dengan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME2) di University of Washington, dan University of British Columbia, sebanyak 6,7 juta kematian di dunia terkait dengan polusi udara.

Paparan polusi udara luar ruang dan di dalam rumah dalam jangka panjang juga berkontribusi terhadap lebih dari 6,7 juta kematian tahunan akibat stroke, serangan jantung, diabetes, kanker paru-paru, penyakit paru-paru kronis, dan penyakit neonatal di seluruh dunia sepanjang tahun 2019.

Selain akibatkan kematian, polusi udara juga menimbulkan dampak buruk lain bagi manusia, yaitu: memperburuk epidemi penyakit tidak menular, berkontribusi terhadap berbagai penyakit kronis, memperparah infeksi Covid-19, dan menyebabkan kematian dini bagi bayi.

Berbagai upaya meningkatkan kesehatan banyak dilakukan seperti mengkonsumsi makanan sehat, jaga kebersihan dengan mandi setelah beraktivitas, olah raga, dan banyak minum air putih.

Namun, tetap saja di era modern, sulit sekali terhindar dari polusi udara ini, utamanya bagi masyarakat urban yang tinggal di perkotaan.

Bagaimana tidak, aktivitas di luar ruang pada kota metropolitan memang sarat dengan debu, bakteri, ataupun asap kendaraan.

Baca Juga: Berbagi IDEA Agar Tidur Berkualitas, Tips Atasi 3 Masalah Pengudaraan di Kamar Tidur: Lembap, Suhu, Asap

laurelandwolf

Polusi di dalam rumah berasal dari karpet, sarung bantal, chemical, asap, bulu hewan.

Di Dalam Ruangan Lebih Polusi?

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, terbukti bahwa beberapa infeksi bisa menyebar lewat paparan virus dalam droplet dan partikel kecil yang bisa bertahan di udara selama beberapa menit hingga beberapa jam. Hal ini merujuk pada transmisi virus yang terjadi dalam udara.

Lancet, salah satu jurnal kedokteran umum tertua dan independen di dunia, menyatakan bahwa kondisi dalam ruang yang layak, memiliki potensi mengurangi penyebaran COVID-19.

Namun, sebaliknya, kondisi ruang yang kurang layak seperti ventilasi dan penyaringan udara yang terbatas, dapat membuat sebuah ruangan menjadi tempat dengan risiko tinggi.

Penelitian menunjukkan bahwa udara yang kita hirup di dalam ruangan bisa lebih berpolusi hingga 2-5 kali dari udara luar dan sering kali tercemar oleh partikel ultrafine PM2,5, alergen, bakteri, gas berbahaya serta lembapnya udara.

Padahal, di masa pandemi ini, kita menghabiskan waktu yang sangat banyak di dalam ruangan setiap harinya.

Dr. Hermawan Saputra, SKM., MARS., CICS, Ahli Kesehatan Masyarakat dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan, di lingkungan luar ruangan, udara terus bergerak dan bersirkulasi. Namun, udara di dalam ruangan cenderung lebih stagnan karena tertutup.

Di lingkungan dalam ruangan juga ditemukan polutan seperti debu, tungau, bulu hewan peliharaan dan mikroorganisme seperti bakteri dan virus.

“Banyak selaki unsur di dalam rumah yang berpegaruh pada kesehatan seperti berbagai peralatan yang kita gunakan (karpet, sarung bantal, dll), chemical, asap dan debu , bulu dari hewan piaraan,” ujarnya.

Hermawan menyebut pentingnya higienitas, kebersihan, dan pengondisian udara di dalam ruang.

Baca Juga: Ternyata Polusi di Dalam Rumah Bersumber dari Benda Ini, Atasi Segera!

dok. Philips

Pemanfaan teknologi, pakai air purifier untuk bantu bersihkan udara di ruangan.

Rekayasa Udara dalam Ruang

Hermawan mengatakan, bakteri dikenal sangat tangguh bahkan di bawah cuaca atau suhu ekstrem, oleh sebab itu kita perlu memanfaatkan teknologi seperti air purifier untuk membantu membersihkan udara di dalam ruangan.

Di kota seperti Jakarta, rumah dan bangunan cenderung tertutup dengan ventilasi yang minim. Di sinilah kita perlu berhati-hati.

Kita bisa membuka jendela dan membiarkan udara bersirkulasi saat tidak ada aktivitas di dalam ruangan.

Tapi saat kita membutuhkan ruangan tertutup (seperti untuk rapat), air purifier bisa sangat membantu.

Air purifier dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk melakukan rekayasa udara di dalam ruang, mengondisikan udara yang kotor menjadi bersih, terbebas dari virus.

Berbeda dengan kipas angin ataupun AC, air purifier dapat meningkatkan perputaran udara bersih dan menghalangi polusi, bakteri, dan virus.

Air Purifier dapat mendeteksi partikel berbahaya, gas, dan alergen secara real time dengan sensor kelas profesional yang mendeteksi polutan dalam ruangan.

Nicholas Lee, Personal Health Leader, Philips ASEAN Pacific, dalam bincang ekslusif “Philips Air Regional Campaign” yang diikuti Idea Online, mengatakan, saat memilih air purifier, sangat penting untuk memilih yang memiliki teknologi filter High-Efficiency Particulate Air atau yang juga dikenal sebagai filter HEPA.

HEPA adalah teknologi filtrasi yang digunakan di banyak lingkungan seperti ruang operasi, lab biosafety, dan fasilitas perawatan kesehatan di mana udara bersih sangat penting.

Alat ini sangat efektif dalam menangkap dan menghilangkan polutan, bakteri dan virus.

Baca Juga: Memanfaatkan Teknologi untuk Sehatkan Ruang, Salah Satu Cara Cegah Penyakit Pernapasan yang Bisa Perburuk Penderita Covid-19

Kompas.com

Jadikan menghirup udara yang sehat dan bersih sebagai bagian dari kebiasaan baru.

Nicholas Lee pun mengklaim, dengan teknologi filtrasi HEPA, air purifier Philips terbukti menghilangkan 99,97% partikel di udara sekecil 0,003μm (sama dengan 3 nm, 800 kali lebih kecil dari PM2,5 atau lebih kecil dari virus terkecil yang diketahui), termasuk alergen di udara seperti serbuk sari, tungau debu, spora jamur, dan bulu hewan peliharaan.

Adapun aspek penting yang juga harus kita perhatikan untuk pemurni udara adalah Clean Air Delivery Rate(CADR), yang digunakan untuk melihat seberapa efisien air purifier bekerja dan bagaimana udara bersih dapat bersirkulasi dalam suatu lingkungan pada waktu tertentu.

Semakin tinggi CADR semakin banyak udara yang dimurnikan dan semakin cepat udara dibersihkan.

Lee juga mengklaim, Philips NanoProtect HEPA memiliki CADR yang lebih tinggi sehingga membersihkan udara lebih cepat, membersihkan lebih banyak partikel udara untuk jangka waktu yang sama, dan lebih baik dalam menangani peristiwa polusi tinggi atau lingkungan berpolusi tinggi.

Saat ini, Masyarakat di seluruh dunia mencari cara untuk dapat memiliki kendali lebih atas kesehatan serta kesejahteraan pribadi mereka, dan kualitas udara memiliki peran yang sangat penting di sini.

“Jagalah kesehatan Anda agar dapat hidup dengan baik dan bugar. Jadikan menghirup udara yang sehat dan bersih sebagai bagian dari kebiasaan baru,” pesan Lee.

Baca Juga: Risiko Kematian Akbat Covid- 19 Lebih Tinggi 4,5 Kali Lipat di Wilayah Berpolusi, Terbukti di Jakarta?

#berbagiIDEA

Tag

Editor : Maulina Kadiranti