Ternyata Vaksin Bisa Timbulkan Efek Samping yang Dinamakan Covid Arm, Apakah Itu?

Jumat, 26 Februari 2021 | 15:36
Freepik.com

Vaksin Covid-19

IDEAonline - Terhitung sejak Maret 2020, sudah satu tahun wabah Covid-19 melanda Indonesia. Hingga saat ini kurva penularan belum juga landai. Jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 pun masih terus bertambah setiap harinya.

Menyikapi kondisi tersebut berbagai upaya pun dilakukan, baik oleh pemerintah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan ahli-ahli kesehatan.

Salah satu upaya yang sempat ramai dibicarakan oleh pemerintah adalah menciptakanherd immunityatau kekebalan kelompok.

Sebagai informasi,herd immunitymerupakan kondisi saat sebagian populasi di suatu area telah mengembangkan kekebalan terhadap penyakit tertentu yang tengah mewabah. Dengan demikian, penyakit tersebut jadi sulit menyebar dan menginfeksi.

Menciptakanherd immunitybuatan melalui vaksinasi dinilai menjadi solusi yang jauh lebih aman dan etis untuk dilakukan.

Vaksin merupakan partikel atau komponen virus yang telah dilemahkan atau dihilangkan potensinya dengan cara sedemikian rupa. Vaksin dapat merangsang pembentukan antibodi tanpa terinfeksi penyakit.

Pemerintah kini tengah menjalankan program vaksinasi Covid-19 untuk menghentikan penularan virus tersebut.

Dilansir kompas.com,Sebelum mengikuti vaksinasi, patut diketahui bahwa vaksin Covid-19 juga dapat menimbulkan efek samping.

Efek samping yang timbul biasanya berupa demam ringan, kelelahan, sakit kepala, dan nyeri otot.

Efek samping tersebut merupakan respon tubuh ketika vaksin sedang menjalankan tugasnya untuk meningkatkan sistem imunitas IDEA lovers.

Namun mengutip laporan Cleveland Clinic, vaksin Covid-19 ternyata bisa menimbulkan efek yang disebut dengan "covid arm".

Baca Juga: Hati-hati, Rice Cooker Bisa Cepat Rusak Jika Sering Masak dengan Air Mendidih, Fakta atau Hoax?

Baca Juga: Disantap dengan Lahap, Wanita Ini Menyantap Makanan yang Berasal dari Tanaman Hias, Ternyata Manfaatnya Tak Main-Main

Apa itu "covid arm"?

Menurut ahli kulit Debra Jaliman,covid armmerupakan reaksi yang tertunda pada kulit setelah pemberian vaksin Covid 19.

"Tampaknya ini adalah reaksi alergi, reaksi kulit yang terjadi setelah mendapatkan suntikan," ucap dia.

Reaksi ini ditandai dengan munculnya kemerahan yang besar pada kulit, terutama di area yang diberikan suntikan.

Covid armjuga bisa disertai dengan rasa gatal dan sakit saat disentuh. Yang membuat efek samping ini berbeda dari lainnya adalah kemunculannya yang baru terjadi setelah lima hingga sembilan hari pasca pemberian suntikan.

Padahal, efek vaksin biasanya terjadi dalam satu hingga dua hari.

Apakah Covid Arm berbahaya?

Kabar baiknya, Covid arm ini tidak berbahaya karena hanya terjadi pada waktu singkat.

Covid armterjadi hanya sebagai bagian dari respons sistem kekebalan tubuh terhadap vaksin.

Baca Juga: Plus Minus Bahan Alami dan Sintetis, Gorden Blackout apa Kelebihannya?

Baca Juga: Menuangkan Segalon Cairan untuk Bakar Rumah Tetangganya, Pria Ini Mengaku Melihat Makhluk Kasat Mata di Sana, Aneh!

Menurut Jaliman, Covid arm biasanya akan hilang dalam waktu 24 jam hingga seminggu.

Reaksi ini juga tidak mengancam jiwa, hanya menimbulkan ruam kemerahan yang besar saja pada kulit.

MunculnyaCovid armjuga bisa menjadi pertanda bahwa sistem kekebalan tubuh sedang bekerja secara berlebihan.

Bagaimana mengatasinya?

Baca Juga: Kepalang Tanggung, Andhika Pratama Bongkar Sempat Nunggu di Parkiran Berjam-jam Saat Masih Jadi Selingkuhan Ussy, Terkuak Alasannya

Jika Anda mengalami Covid armsetelah mendapatkan vaksin, cukup atasi dengan menggunakan kompres air dingin untuk membantu meredakan peradangan.

Anda juga bisa mengonsusi pereda nyeri seperti Tylenol, jika ruam yang muncul disertai rasa sakit.

Saat pemberian vaksin dosis kedua, sebaiknya posisi suntikan letakan di area yang berbeda. Bagaimanapun juga, efek samping vaksin Covid-19 sangat kecil daripada manfaatnya. Jadi,IDEA lovers tidak perlu takut melakukan vaksinasi.

#Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork

(*)

Tag

Editor : Maulina Kadiranti

Sumber kompas