Antisipasi Longsor, 4 Hal Penting jika Ingin Punya Rumah di Lahan Berkontur

Minggu, 11 April 2021 | 10:00
Tribun Jabar

Ilustrasi lahan berbukit dan berkontur.

IDEAOnline-Tinggal di hunian di kawasan berkontur—seperti bukit dan gunung—memang memiliki risiko longsor lebih besar dibanding tinggal di dataran tak berkontur.

Bencana longsor bisa datang tak hanya di saat musim hujan saat tanah menjadi lebih gembur, tetapi bisa datang kapanpun di kala kontur bagian atas tak kuat menahan beban.

Walaupun berisiko tinggi, banyak orang yang acuh terhadap masalah ini.

Pesona keindahan yang ditawarkan tanah berkontur, baik yang posisinya di atas bukit atau di atas gunung, menghipnotis banyak orang.

Para pengembang besar banyak yang tertarik membangun rumah di kawasan ini.

Coba tengok di daerah Lembang Bandung, Puncak Bogor, Tembalang Semarang, atau Batu Malang.

Baca Juga: Dijamin Kelihatan Baru Lagi, Begini Trik Bersihkan Wastafel dengan Tepung Terigu!

Ada banyak pengembang yang membangun rumah di kawasan berkontur.

Lantas, apa yang harus kamu perhatikan jika ingin membangun sendiri atau membeli rumah dari pengembang yang lokasinya berada di lahan berkontur?

1. Kemiringan Tanahnya

Pendeteksian rawan-tidaknya bencana longsor dapat kamu lihat dari kondisi fisik konturnya.

Hal pertama yang harus kamu perhatikan adalah kemiringan tanahnya.

Semakin curam kemiringan tanahnya, semakin besar potensi longsor yang bakal terjadi,

“Kondisl ideal lahan yang disarankan memiliki kemiringan maksimal 30°,” ucap Edi Purwanto, Dosen Perumahan dan Permukiman Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.

Sebenarnya, kondisi kemiringan di atas 30° ini masih bisa ditoleransi dengan syarat, pengembang atau kamu yang ingin membangun rumah sendiri dapat menambahkan turap (dinding pembatas tanah) dari atas bukit hingga bawah.

Baca Juga: Tak Perlu Panggil Tukang Cuci, Begini Tips Anti Gagal Bersihkan Noda Tinta pada Sofa

Selain itu, struktur fondasi bangunan rumah harus menggunakan pemancangan khusus.

Tetapi penambahan ini tentunya akan menambah banyak biaya yang tak sedikit.

Ini jugalah yang mendasari rumah di kawasan berbukit cenderung lebih mahal.

Alternatif lain yang biasa dilakukan pengembang adalah dengan cara memotong tanah dan mengisinya ke daerah yang lebih curam atau prosesnya biasa disebut dengan cut and fill.

Tujuannya agar didapat kondisi yang lebih ideal.

“Hampir semua perumahan yang dibangun di lahan berbukit melakukan proses cut and fill. Tetapi, idealnya, proses ini tidak mengubah bentuk bukit hingga orang tidak mengenali lagi keberadaan bukit tersebut,” ucap Agung Salladin, Manajer Pengembangan dan Pemasaran PT Wijaya Karya Realty Tbk.

Baca Juga: Hunian di Bukit atau di Lembah, Dampak Keberuntungannya ala Feng Shui

Tribun Batam
Tribun Batam

Ilustrasi banguan yang amblas karena terkikis aliran sungai.

2. Hindari Area Aliran Air

Jika kamu ingin membangun rumah atau membeli rumah dari pengembang, perhatikan juga fisik bangunan bukitnya.

Jangan sampai, rumah yang kamu pilih dari pengembang atau membangun sendiri lokasinya berada di aliran air.

Jika posisinya di bukit, ini akan terlihat dari cekungan tempat jalannya air saat musim hujan turun.

Apalagi, jika area ini jenis tanahnya empuk, maka akan rawan sekali menjadi sumber longsor.

Pembangunan di area ini juga tak diperkenankan karena tanahnya cenderung memiliki pergerakan terus menerus.

Baca Juga: 3 Masalah Kamar Mandi Mungil: Sempit, Gelap, Pengap, Begini Solusinya!

Jika kamu membangun rumah di area ini, tentunya akan memberikan beban yang terhadap tanah dan membuat pergerakan tanah menjadi tidak seimbang.

Bencana longsor pun akan semakin tak terbendung.

Kamu juga tak diperkenankan membangun rumah di area bawahnya, karena area ini termasuk ke dalam area rawan longsor.

Kikisan air lama kelamaan akan membawa tanah menuruni bukit dan membuat area ini semakin rawan longsor.

Jika kamu memang memiliki tanah warisan di sini dan ingin membangun rumah, sebaiknya kamu harus menjaga tanah di alran air ini dengan cara menanam beberapa pohon kayu yang akarnya bisa mencengkram tanah, seperti pohon beringin, kenanga, bengkirai, pinus, jati, kaliandra, mahoni, dan berbagai jenis pohon buah.

Baca Juga: Rumah Tropis Bak Surga Tersembunyi, Bedakan Ruang dari Laveling Tanah

Tribun Jabar
Tribun Jabar

Ilustrasi lahan berbukit dan berkontur.

3. Perhatikan KDB dan KLB

Bagi kamu yang ingin membeli rumah dari pengembang yang dibangun di kawasan berkontur, masterplan dapat kamu jadikan sebagai pegangan dalam menilai apakah perumahan yang akan kamu beli layak huni atau tidak.

Ini berkaitan dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) serta peruntukkan area hijau yang akan dibangun dalam kompleks perumahan.

Kenapa KDB itu sangat penting di perumahan berbukit?

Menurut Edi, ini untuk meminimalisasi bencana yang mungkin timbul di kemudian hari, seperti longsor.

Baca Juga: Tak Perlu Panggil Tukang Cuci, Begini Tips Anti Gagal Bersihkan Noda Tinta pada Sofa

Karena daerah berbukit itu kendala terbesarnya longsor.

Penilaiannya adalah semakin besar area hijaunya, maka kelayakan huni akan semakin besar pula.

Ia menjelaskan bahwa jika di perumahan bertanah datar nilai KDB biasanya 60% dan area hijaunya 40%, maka di daerah berkontur bisa kebalikannya.

“Idealnya, jumlah KDB di kawasan perumahan berbukit itu angka maksimainya 40%. Sisanya, diperuntukkan sebagai area hijau,” ucap Edi.

Untuk peruntukan lahan hijaunya pun sebaiknya kamu pilih pengembang yang menanam banyak pohon kayu yang berakar kuat.

Baca Juga: Inilah 6 Kondisi Lahan yang Mesti Disiasati saat Ingin Membuat Taman

Tribun Sumbar
PUPR

Akses dan fasilitas, menjadipertimbangan jika punya rumah di lahan berkontur.

4. Akses dan Fasilitas

Ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan jika kamu berencana membeli rumah di kawasan berkontur.

Kebanyakan, akses dari dan menuju ke perumahan ini jauh, baik diukur dari pusat kota, hiburan, pendidikan, fasilitas sosial dan umum, serta berbagai sarana lainnya yang menunjang kehidupan.

Untuk itu, kamu perlu memperhatikan fasilitas apa yang akan dihadirkan pengembang di perumahan yang akan mereka bangun.

Pengembang yang baik adalah pengembang yang sudah merencanakan semua kebutuhan ini dalam satu kawasan perumahannya, apalagi jika kondisi site jauh dari pusat kota, maka harus menjadi perumahan mandiri yang mampu mendukung semua aktivitas penghuninya, seperti menghadirkan area pendidikan, pusat hiburan dan perbelanjaan, dan sebagainya.

Baca Juga: Masyarakat Diminta Waspada Potensi Bencana Alam di Tengah Pandemi Covid-19

#BerbagiIDEA

Tag

Editor : Maulina Kadiranti