IDEAOnline-Di masa pandemi, asupan makanan dan minuman yang berkualitas dibutuhkan untuk menjamin tubuh yang sehat. Karenanya, ada cara yang dilakukan ketika terjadi masalah pada kualitas air dengan metode penjernihan.
Ada dua cara dikenal yaitu melalui sistem reserve osmosis dan melalui sistem UV. Ini dia perbedaan keduanya.
Sistem Reverse Osmosis
Yang paling populer saat ini adalah penjernih air dengan sistem osmosis balik (reverse osmosis) atau biasanya disingkat dengan RO.
Osmosis balik adalah suatu sistem pemurnian air yang digunakan NASA untuk menyediakan air minum bagi para astronotnya ketika berada di pesawat luar angkasa.
Sistem ini mengandalkan membran khusus dengan diameter pori-pori 0,02 micron untuk virus dan 0,001 untuk bakteri (sebagai perbandingan, ukuran bakteri adalah 0,5 mikron).
Air kotor masuk ke membran ini, dan hanya air yang sudah bersih saja yang dapat tembus keluar dari membran.
Termasuk dalam kategori ini antara lain merek Nesca, Pure Pro, Pure Aqua, dan Etech.
Rata-rata, penjernih air ini memiliki 3—4 tabung penjernih (catridge) yang berisi filter busa, karbon, atau keramik untuk membuat air jadi air bersih.
Baca Juga: Kenali Risiko Penggunaan Kayu pada Rumah Tropis, 5 Bahan Pengganti dan Keuntungannya
Air kemudian masuk ke tabung yang berisi membran RO untuk membuatnya layak minum.
Sistem UV
Sistem UV itu hanya mampu menembak kuman dan bakteri, tapi tidak dapat mengilangkan zat kapur dan besi.
Posisi air itu berada di atas lampu ultraviolet.
Sinar lampu inilah yang kemudian menembaki kuman dan bakteri.
Namun, zat besi dan kapur, karena bukan makhluk hidup, ditembak sekencang apapun, tetap saja lolos.
Meski begitu, teknologi UV tetap penting dalam rangka memberikan kepastian tidak ada lagi bakteri dan virus yang tersisa. Namun sebaiknya penyaringan ini diletakkan di akhir rangkaian.
Kedua sistem ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk menjernihkan air agar layak dan sehat untuk dikonsusmsi.
Seperti kita tahu,untuk mendetksi bersih dan jernihnya air dapat dilakukan dengan 3 cara.
Dengan mata telanjang, air bersih yang layak pakai akan terlihat jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan segar.
Baca Juga: Ternyata Membawa Kegunaan, Terungkap Alasan Tak Perlu Mengusir Cicak di Rumah, Ini Kata Ahli
Baca Juga: 7 Cara Menghemat Air di Kamar Mandi, Cegah Krisis Air Bersih di Bumi
Uji laboratoriumnya tidak mengandung bakteri-bakteri berbahaya yang dapat mengakibatkan penyakit seperti diare,typus, cholera, atau penyakit cacing perut.
Secara kimiawi, air tidak mengandung zat kimia yang beracun tapi juga tidak kekurangan zat kimia tertentu yang diperlukan bagi tubuh manusia.
Dengan mata telanjang, air bersih yang layak pakai akan terlihat jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan segar.
Uji laboratoriumnya tidak mengandung bakteri-bakteri berbahaya yang dapat mengakibatkan penyakit seperti diare, typus, cholera, atau penyakit cacing perut.
Secara kimiawi, air tidak mengandung zat kimia yang beracun tapi juga tidak kekurangan zat kimia tertentu yang diperlukan bagi tubuh manusia.
Dr. Ir. Arie Herlambang, Msi (BPPT—Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) memberikan beberapa ciri-ciri masalah air sebagai berikut.
- Sabun susah hilang dari kulit sekalipun sudah dibilas air berkali-kali.
- Menimbulkan iritasi pada kulit.
- Air yang baru keluar jernih, tapi setelah didiamkan kira-kira 2 hari akan terlihat kuning.
- Air terasa getir di lidah.
- Air berabau seperti bau got/selokan.
- Sadah atau kandungan kapurnya tinggi.
- PH rendah.
- Mengandung besi dan mangan.
- PH terlalu tinggi atau terlalu rendah.
- Air terkontaminasi limbah domestik.
#Rumahminimalis #Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis
(*)