Virus SAR-CoV-2 Menyebar Melalui Aerosol di Udara, Ahli Epidemiologi Tegaskan Teknologi UV-C bisa Jadi Perlindungan Tambahan di Ruang Tertutup

Minggu, 08 Agustus 2021 | 08:07
tribunnews.com

Virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, dapat terjadi melalui aerosol di udara.

IDEAOnline-Penelitian menunjukkan bahwa penyebaran virus dan bakteri, termasuk virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, dapat terjadi melalui aerosol di udara.

Pada bulan Juli, WHO memberikan pernyataan bahwa transmisi COVID-19 dalam bentuk aerosol atau partikel halus yang melayang dan bisa bertahan di udara, bisa terjadi di dalam ruangan yang padat dan tidak memiliki ventilasi udara memadai.

Karenanya, penting untuk memerhatikan kualitas udara, terutama di dalam ruang tertutup.

Berbagai upaya terus dilakukan semua pihak demi menanggulangi lajujumlahkasus terkonfirmasi pada gelombang lanjutan pandemi COVID-19 ini.

Atas alasan inilah, sebuah diskusi virtual bertajuk:“Perlindungan Gelombang Lanjutan: Desinfeksi Udara dalam Ruang dengan UV-C untuk Mengurangi Risiko Transmisi Virus & Bakteri melalui Udara”diadakan oleh Signify, (Euronext: LIGHT), pemimpin dunia di bidang pencahayaan.

Dr Dicky Budiman, MD, M.Sc.PH, Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health, Griffith University Australia, hadir sebagai salah satu pembicara ahli dalam diskusi ini.

Menurut Dicky, Covid-19 yang terjadi saat ini telah menambah daftar penyakit-penyakit di dunia yang disebabkan oleh virus.

Pun, menurut Dicky, pandemi Covid-19 ini bukanlah pandemi terakhir, karena masih akan ada pandemi lanjutan yang lebih besar oleh penyakit yang ditularkan melalui udara.

Baca Juga: Inovasi di Tengah Pandemi, Lampu Meja Disinfeksi UV-C Ini Bebaskan Rumah dari Virus Berbahaya

dok. Signify

(Kanan-atas) Dr Dicky Budiman, MD, M.Sc.PH, Epidemiolog.

“Pandemi ini bukanlah yang pertama maupun terakhir. Penyakit yang menular melalui udara ini bukanlah hal baru, sebelumnya sudah ada cacar air, TBC, campak, dan infuenza. Masih akan ada pandemi lanjutan yang lebih besar yang ditularkan melalui udara,” kata Dicky dalam paparannya.

Masih kata Dicky, umumnya pandemi yang menjadi masalah besar bagi manusia itu, berupa penyakit yang ditularkan melalui udara. Dengan demikian, pencegahan transmisi penyakit melalui udara sangat penting, tidak hanya terkait COVID-19 saat ini, tapi juga ke depannya.

“Teknologi dapat membantu manusia keluar dari situasi krisis seperti sekarang ini, dan menjaga kualitas udara tetap jernih dan sehat supaya terhindar dari berbagai macam potensi penyebab penyakit seperti virus, bakteri dan jamur,” ujarnya.

Potensi Terbesar pada Ruang Berventilasi Buruk

Dicky menjelaskan, potensi penularan di dalam ruangan utamanya yang tidak memiliki ventilasi memadai, sangat besar.

Meskipun ruangannya besar, tetapi sirkulasi udara harus dihitung dengan cermat.

Sebagai gambaran, droplet yang dihasilkan orang bersin atau batuk bisa terbawa udara hingga sejauh 9 meter.

Ventilasi yang tidak memadai dalam ruangan tertutup dapat menyebabkan virus dan bakteri bertahan lebih lama di udara, sehingga saat seseorang masuk atau berjalan melewati ruang tersebut dan menghirup udaranya, mereka bisa terinfeksi.

Baca Juga: Supermarket di Jerman Ini Gunakan Pencahayaan Disinfeksi UV-C untuk Sterilkan Udaracegah Penularan Penyakit

Kompas.com

Mekanisme penularan melalui closed contact adalah paling besar.

Oleh karenaitu, perlumemastikan ventilasi dan sirkulasi udara bersih yang memadai, apalagi di ruang-ruang publiktertutupseperti perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah makan, hingga rumah ibadah di mana ada banyak orang beraktivitas.

Mekanisme Terjadinya Penularan

Ada 2 mekanisme terjadnya penularan virus melalui udara. Yang pertama adanyaclosed contact (karena dekat).Karena virus ada di udara sehingga napas seseorang itu bisa terhirup dalam jarak dekat.

Yang kedua, fomite. Menurut Dicky, melalui ini, sangat kecil proporsi dan potensi penularannya.

Sehingga yang harus diperhatikan sekali adalah penularan melalui droplet dan airbone-nya yang ini bisa terjadi karena aktivitas dan interaksi yang begitu tinggi.

Di indoor besar sekali potensi penularan utamanya jika bicara posisi orang. Virus bisa menyebar lebih dari 2 meter.

Di dalam ruangan, orang yang sedang duduk memiliki risiko tertular lebih besar karena posisinya lebih rendah sehingga rentan terhadap aerosol yang berkumpul di bagian bawah ruangan karena pengaruh grafitasi.

"Maka, begitu pentingnya memakai masker, begitu pentingnya sirkulasi, dan vaksinasi," katanya.

Outdoor jauh lebih kecil penularannya tapi bukanlah menjamin karena berpapasan kurang dari 1 menit, kalau di luar ruangan kalau tak memakai masker, menjaga jarak, bahkan belum vaksinansi maka potensi besar akan tertular.

Dicky mengingatkan, harus disadari bahwa di setiap keramaian, orang yang membawa virus itu banyak sekali.

"Apalagi bicara Delta Varian memliki jumalh virus 1000 kali lebih banyak dibanding varian sebelumnya," tambahnya.

Baca Juga: Teater di Belanda sudah Bisa Ditonton Langsung, Lampu Desinfeksi Philips UV-C Dipakai sebagai Perlindungan Ekstra terhadap Covid-19

Kompas.com
Shutterstock

Perbaikan sistem ventilasi di dalam ruang agar terjadi sirkulasi udara yang baik.

Pencegahan

Sebagai langkah pencegahan, ada 5 hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terinfeksi dari penyakit yang ditularkan oleh udara, termasuk Covdi-19 ini.

1. Ada potensi penyebaran di dalam ruang yang ventilasi dan sirkulasinya tidak baik, karena itu perlu diupayakan kualitas udara yang baik di dalam ruang.

Perbaikan sistem ventilasi udara bisa dilakukan dengan menambah asupan udara bersih misal denganan penggunaan AC dengan teknologi vilter yang baik atau peranti pembersih udara lainnya.

2. Pengendalian sumber virus dengan 3T (Tracing, Testing, Treatment)

3. Melakukan 5M (Mencuci tangan, Memakai maskerm Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, Mengurangi mobilitas)

4. Menlakukan vaksinasi

5. Punya Perlindungan tambahan

Saat ini, menurut Dicky, teknologi UV-C bisa digunakan untuk menjadi senjata tambahan.

Dalam kaitan untuk memenuhi kualitas udara yang memenuhi standar kesehatan, teknologi UV-C dapat digunakan sebagai alternatif solusi desinfeksi udara yang efektif.

Baca Juga: Didukung Filter Teknologi Ganda, Air Purifier AIOT Sharp Ciptakan Udara Bersih Bebas Virus, Begini Cara Kerjanya!

Tribunnews.com

Pemanfaatan teknologi UV-C bisa digunakan untuk menjadi senjata tambahan.

Menurut Dicky, penggunaan UV sebagai suatu disinfektan bukanlah hal baru. Bahkan, riset sudah sudah ada sejak 1900-an. Dan ini merupakan satu hal yang menjanjikan.

“UV-C dapat menjadi salah satu metode desinfeksi yang bisa diandalkan dan bisa menjadi bagian strategi perlindungan tambahan untuk meninimalisir risiko penularan penyakit dan sudah terbukti dapat menonaktifkan virus penyebab Covid-19,” tegasnya.

Hal ini sejalan yang disampaikan oleh Dedy Bagus Pramono, Country Leader Signify Indonesia yang disampaikan di awal diskusi, bahwa menjaga kulaitas udara adalah sangat penting sebagai perlindungan tambahan bagi masyarakat, tidak saja di pandemi, namun juga setelah pandemi berlalu.

Diketahui, selama lebih dari 35 tahun, Signify telah menjadi yang terdepan dalam teknologi UV, dan memiliki rekam jejak yang terbukti atas inovasi dan keahlian aplikasi yang kuat dalam pencahayaan UV-C.

“Pandemi ini memacu kami untuk membawaberbagai aplikasipencahayaanberteknologi UV-Csebagai solusi yang dapat membantu menangani penyebaran virus,bakteridan berbagai mikroorganisme pembawa penyakit lainnya.Penggunaanteknologi UV-C dapat turut berperan dalam mempercepat pulihnya kehidupan dan aktivitas masyarakat serta membantu mendorong perekonomian,” ujarnya.

Baca Juga: Teknologi UV-Cpada Lampu Lumpuhkan Virus Penyebab Covid-19 dalam Hitungan Detik, Ragam Penggunaan dan Pedoman Keselamatannya!

#Rumahminimalis #Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya