Jadi Bangunan Publik Terbaik versi IAI, Inilah Cerita di Balik Rancangan Desain JPO Sudirman oleh Sang Arsitek, Firman Setia Herwanto

Senin, 04 Oktober 2021 | 10:00
Kompas.com

JPO Sudirman

IDEAOnline- Sejumlah JPO yang mencakup Sudirman 1 (Bunderan Senayan, GBK, Polda), dan Sudirman 2 (Benhil, Karet, Dukuh Atas), menjaditrendingtopicyangdiperbincangkan warganet di sejumlah platform media sosial.

Fungsi JPO menjadi tidak sekadar tempat penyeberangan, juga sebagai spot 'rekreasi' bagi penggunanya melepas penat hingga mengekspresikan perasaan mereka di tengah hiruk pikuk Kota Metropolitan.

Salah satu JPO yang membuat rupa CBD Jakarta disejajarkan dengan Seoul, adalah JPO Sudirman GBK Senayan.

JPO ini juga memperoleh penghargaan IAI Jakarta Awards 2020 untuk kategori Bangunan Publik Terbaik.

Kompas.com
Kompas.com

Firman Setia Herwanto, arsitek.

Ya, sejak 2019, sejumlah Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) hadir dan mengubah wajah perkotaan Jakarta.

Tak hanya kesan baru, melainkan memberikan kebanggaan bahwa Jakarta bisa membangun spot-spot artistik, estetik, sekaligus fungsional bagi mobilitas dan aktivitas keseharian warganya.

Program revitalisasi yang dilakukan oleh

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki visi menciptakan kenyamanan bagi warganya agar Jakarta menjadi lebih layak huni untuk semua.

Di balik visi itu, ada sosok arsitek penting yang sukses menerjemahkan konsep revitalisasi dari fasilitas terkait pergerakan warga dalam memanfaatkan transportasi publik.

Baca Juga: Dipasang di JPO Senen Jakarta, Yuk Kenali Teknologi Lampu LED Signify untuk Bangunan Eksterior Ini

Dia adalah Firman Setia Herwanto, team leader arsitek dari PT Arkonin, yang ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk merevitalisasi JPO berikut tata cahayanya yang dikolaborasikan bersama Pavilion 95.

Pria yang kini tengah mencalonkan diri sebagai Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta periode 2021-2024 itu mengaku tidak menyangka bahwa JPO garapannya jadi instagramable.

"Sebenarnya kalau arsitek tidak pernah punya pemikiran bahwa bangunananya harus instagramable. Tapi ketika itu mendapat respons positif masyarkat, kami pasti senang," katanya, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (02/10/2021).

Firman beranggapan bahwa bangunan publik memang sudah sepantasnya menjadi kebanggan masyarakat.

"Karena kalau bangga, warga akan ikut membantu menjaganya tanpa diminta," ujarnya.

Arsitek yang dominan menggarap proyek-proyek bangunan publik ini mengungkapkan, pada awalnya juga tidak secara spesifik ingin menyulap JPO Sudirman menjadi sesuatu yang fantastis seperti penilaian masyarakat saat ini.

Firman bercerita, kala itu menjelang ASIAN Games 2018 pihaknya ditunjuk Dinas Bina Marga DKI Jakarta untuk ikut merevitalisasi fasilitas-fasilitas publik. Salah satunya adalah JPO.

Ada kesan bahwa infrastruktur dan fasilitas kota ini masih ala kadarnya. Belum mewakili pemikiran bahwa infrastruktur bisa membawa impact yang luar biasa bagi masyarakat Jakarta pada umumnya secara keseluruhan. "Kurang estetik, kurang cantik. Jadi harus dibenahi," imbuhnya.

Baca Juga: Perubahan Desain Coworking Space dan Perkantoran karena Pandemi dan Tren Teknologinya

Arsitek lulusan Universitas Indonesia (UI) ini menyampaikan mulai ditugaskan untuk merevitalisasi JPO Sudirman sekitar pertengahan 2018.

Diberi waktu tiga bulan untuk membenahi itu semua.

"Tadinya ruas Sudirman dan Thamrin, ada 12 dua titik. Tapi kami sampaikan (ke Pemprov DKI Jakarta) kalau 12 titik dengan rentang waktu tersebut tidak memungkinkan. Akhirnya kami coba tiga titik dulu," terangnya.

Adapun ketiga titik JPO Sudirman itu meliputi JPO Bundaran Senayan, JPO GBK, dan JPO Polda Metro Jaya. Kemudian, setelah melakukan peninjauan lokasi, dia menilai spot pertama yang paling memungkinkan dikerjakan lebih dulu yakni di JPO GBK. Karena selaras dengan venue ASIAN Games 2018.

Kompas.com
Istimewa

JPO Sudirman yang instagramable.

Selain itu, pemenang sejumlah penghargaan bergengsi ini melihat bahwa perencanaan JPO berbarengan dengan pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT).

Sementara, dari tiga JPO, yang tidak memiliki pemberhentian Stasiun MRT hanya di JPO GBK.

"Jadi orang akan berbondong-bondong jalan kaki menuju GBK. Berarti pengalaman jalan kakinya harusnya jadi luar biasa. Maka dari itu ini (JPO GBK) harus spesial," jelasnya.

Sampailah kemudian timnya mengusulkan beberapa desain.

Namun pada akhirnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merekomendasikan agar seluruh JPO menggunakan desain yang sama. Mengingat waktu yang diberikan untuk mengerjakan cukup singkat, dia pun meminta pengecualian untuk JPO GBK bahwa desainnya harus spesial.

Menurut Firman, landasan berpikir pada konsep revitalisasi JPO yakni pengalaman orang berjalan di Jakarta rerata langsung lepas dari lingkungan sekitar ketika naik JPO. Maksudnya, pengalaman visual warga ketika menggunakan JPO terbatas, hanya bisa melihat jalan, dan pemandangan di sebelah kiri atau kanan. Itupun kalau bagus pemandangannya. Jika tidak, pengguna hanya melihat jalan saja. Apalagi sisi atas tidak menyajikan pemandangan karena tertutup atap.

"Jadi kami merasa yang perlu dibenahi yakni pengalaman berjalan itu tadi. Orang harus cukup nyaman, orang gak lagi pusing khawatir tersandung atau terpleset," tuturnya.

Di sisi lain, pengguna JPO tetap bisa menikmati skyline Jakarta.

Baca Juga: Rancangan Green Roof dari Pelaku Desain Masih Ditunggu di OGRA 2021 untuk Atasi Polusi Udara dan Beban Energi di Masa Depan

Kebetulan kawasan Sudirman merupakan tempat gedung-gedung pencakar langit. Salah satunya seperti Sudirman Central Business District (SCBD). Namun, dia merasa ada hal yang kontras. Karena di seberang SCBD yang mentereng itu, terdapat area hijau, yakni lapangan softballGBK Senayang.

"Akhirnya konsepnya kami harus bikin panduan supaya orang tetap bisa lihat langit, sekaligus bisa lihat skyline, dan lapangan hijau. Terus lantainya dibenahi," katanya.

Kala itu constraint-nya yakni tidak membuat struktur JPO baru. Karena tetap menggunakan struktur lama yang sudah berusia lebih dari 20 tahun, jadiconstraint-nya harus ringan. Sehingga, dia berkesimpulan, merancang JPO ini adalah membuat sesuatu yang baru tanpa membebani struktur lama, yakni struktur yang paling ringan untuk dimodifikasi tapi tetap kuat.

Tak hanya dari segi desain artistik, Firman dan kawan-kawan juga memberi sentuhan pencahayaan yang apik pada JPO.

Tribunnews.com

Penampakan JPO Sudirman dari udra.

Sifatnya dinamis, terprogram, dan bisa diatur skenario tingkat pencahayaannya.

Kendala kontur aspal Firman menceritakan saat proses konstruksi juga menerapkan sistem modul yang mudah dilaksanakan. Mengingat momennya juga berbarengan dengan ASIAN Games 2018.

Sehingga saat proses konstruksi tidak banyak menganggu lalu lintas. Karena lalu lintas sudah cukup terdampak dengan aktivitas pembangunan lainnya.

"Jadi pekerjaan hanya sekian jam per hari. Konstruksinya harus sangat mudah, modular, mudah dan cepat bongkar pasang," imbuhnya.

Namun, tak disangka saat konstruksi berjalan 50 persen, terjadi kenaikan pada kontur aspal di lokasi JPO. Mengingat kala itu banyak dilakukan pengaspalan pada beberapa ruas jalan.

"Jadi seharusnya clearence 5,1 Jalan Sudirman, tiba-tiba ketika aspal sudah jadi semua tinggal 4,8. Dan ini tidak masuk aturan, ini jalan protokol, crane lewat bisa nyangkut atasnya (strukturJPO)," katanya.

"Akhirnya stop pekerjaan, fabrikasi stop, bongkar semua, dan dinaikkin semua sistemnya. Tapi setelah itu jadi, udah kita angkat semua, dibikin," tambahnya.

Dia menyampaikan, total waktu yang dibutuhkan untuk merevitalisasi tiga JPO Sudirman yaitu enam bulan.

Mundur dari perencanaan awal yang hanya tiga bulan.

Persoalannya ketika memasuki bulan kedua pengerjaan, ASIAN Games akan dimulai.

Karena tidak memungkinkan dilakukan, akhirnya Gubernur DKI Jakarta memutuskan untuk menyetop sementara proses konstruksi.

"Setelah ASIAN Games selesai termasuk Paragames, baru kita mulai lagi. Jadi totalnya itu enam bulan," jelasnya.

Baca Juga: Sesuaikan Struktur Tangga dengan Luas dan Desain Rumah agar Aman dan Estetis, Ini 5 Pilihannya!

Akhirnya seiring waktu berjalan, JPO Sudirman I meliputi JPO Bundaran Senayan, JPO GBK, dan JPO Polda Metro Jaya diresmikan pada Februari 2019, dan mendapat apresiasi positif dari masyarakat.

Dengan capaian kolaborasi itu, Firman bersama Achmad Noerzaman sebagai direktur PT Arkonin, mendapatkan penghargaan IAI Jakarta Awards 2020 untuk kategori Bangunan Publik Terbaik.

Menurut penilaian juri, JPO mendapatkan penghargaan karena rancangannya yang ikonik, membentuk vista baru secara kawasan, serta kehadiranya memberikan nilai tambah bagi infrastruktur kota. Sehingga menciptakan pengalaman baru bagi pejalan kaki dan menggerakkan interaksi sosial bagi masyarakat urban.

Harapannya, JPO Sudirman dapat menginspirasi lahirnya inovasi baru desain infrastruktur publik di masa depan dalam membangun peradaban kota.

Apresiasi terkait JPO Sudirman ini merupakan capaian yang prestisius. Karena, dalam dunia arsitektur, ada kepercayaan apabila seorang arsitek diganjar penghargaan dari asosiasinya, merupakan pencapaian tertinggi. Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul Firman Herwanto, Arsitek di Balik Ikoniknya JPO Sudirman, Fasilitas Publik Terbaik 2020

#BerbagiIDEA #BerbagiCerita #Gridnetwork #RumahTropis

Editor : Johanna Erly Widyartanti