Satu Indonesia Ada yang Belum Tahu, Ternyata Dulu Kulkas Dimanfaatkan untuk Mengawetkan Makanan hingga Sperma

Senin, 07 Maret 2022 | 11:29

Mampu Mengawetkan Makanan Hingga Sperma, Ini Dia Sejarah Panjang Adanya Kulkas!

IDEAonline -Kulkas merupakan salah satu alat yang bermanfaat bagi manusia terutama dalam hal yang berkaitan dengan penyimpanan makanan atau bahan makanan.

Saat ini hampir setiap rumah sudah memiliki kulkas dan pada umumnya ditempatkan di dalam dapur.

Kesegaran bahan makanan akan mempengaruhi rasa makanan yang akan dihasilkan.

Baca Juga:Dianggap Sepele di Indonesia, Siapa yang Tau Ternyata Perabot Rumah Ini Miliki Kegunaan Tersembunyi!

Baca Juga:Berikut 8 Cara Menata Ruang Tamu Saat Ramadan 2022, Tak Perlu Beli Perabot Baru!

Bahan makanan seperti buah-buahan, sayuran, daging atau ikan dapat terjaga kesegarannya jika disimpan di kulkas.

Di dalam kulkas sudah terdapat rak yang digunakan sebagai wadah sayuran agar tidak cepat layu.

Sedangkan bahan makanan seperti daging atau ikan laut dapat disimpan di dalam freezer agar mendapatkan manfaat makanan laut dengan baik.

Namun IDEA lovers, bagaimana sejarah panjang sebuah kulkas? Simak yang sudah dirangkum oleh intisari-online.com.

Sejarah Kulkas

Bobo.grid.id

Mampu Mengawetkan Makanan Hingga Sperma, Ini Dia Sejarah Panjang Adanya Kulkas!

Orang-orang Romawi dan Yunani kuno punya kebiasaan mengawetkan daging dan makanan dengan cara menyimpannya di dalam es alam.

Baca Juga:Jangan Khawatir, Begini Cara Buat Kamar Mandi Selalu Bersih Saat Ramadan Tiba!

Baca Juga:Ibu-ibu Dapat Info dari Tukang Kue Cara Menyimpan Tepung Beras Agar Tak Berbau Apek, Siapkan Benda Ini

Mereka mengangkut salju dari pegunungan dan menyimpannya di ruang khusus bawah tanah.

Di situ es alam “diawetkan” dengan cara diselimuti jerami.

Itulah kulkas zaman dulu. Super gede, tanpa listrik, tidak bisa dipakai untuk bikin es, tapi malah menghabiskan es.

Di negera tropis yang tak mengenal musim salju, ceritanya lain lagi.

Orang-orang India dan Mesir bisa membuat salju dengan cara penguapan cepat.

Ternyata orang kuno lebih cerdas dari kita.

Meski belum mengenal teori fisika, mereka tahu jika air diuapkan dalam tempo sangat cepat, uap yang terbentuk akan menyerap panas dari lingkungan sekitarnya.

Baca Juga:Harga Kedelai Melambung hingga Berdampak pada Tempe, Begini Cara Simpannya Agar Bisa Awet Sampai 3 Hari!

Baca Juga:Stres Noda Karpet Tak Kunjung Hilang? Siapkan Satu Sendok Soda Kue, Kotoran Hilang Selamanya!

Ini menyebabkan udara di sekitarnya menjadi dingin, dan uap air di sekelilingnya bisa berubah menjadi salju.

Dengan cara ini mereka bisa membuat salju di tengah malam yang dingin.

Teori penguapan cepat inilah yang mendasari penciptaan kulkas.

William Cullen, ilmuwan dari University of Glasgow, Inggris, adalah ilmuwan pertama yang memperagakan teknik ini di laboratorium.

Bedanya, kali ini tidak menggunakan air, tapi etil eter, sebuah cairan yang sangat mudah menguap. la mendemonstrasikan teknik ini tahun 1748.

Pada 1805 ilmuwan Amerika, Oliver Evans, merancang mesin pendingin pertama yang bekerja berdasarkan teknik penguapan cepat ini.

Baca Juga:Ibu-ibu Mesti Coba, Ini Tips Mencuci Baju Hingga Menyetrika yang Bikin Hemat Listrik, Enggak Takut Tagihan Membengkak

Baca Juga:Jangan Pernah Letakkan Barang di Lantai Toilet, Berikut 8 Tips Tepat Saat Gunakan Toilet Umum

Kulkas pertama

Namun, ia belum sempat membuat kulkas sungguhan. Baru pada 1834, Jacob Perkins, ilmuwan Amerika lain, berhasil membuat kulkas pertama dan mematenkannya.

Inilah prototipe mesin kulkas pertama setelah era "kulkas bawah tanah".

Tahun 1856 Alexander C. Twinning, seorang pengusaha Amerika Serikat, mulai memproduksi kulkas untuk tujuan komersial.

Di Australia, James Harrison, juga pengusaha, menggunakan teknoiogi kulkas untuk sebuah industri pembuat bir.

Pada saat bersamaan, kulkas mulai jadi barang rumah tangga.

Tahun 1920-an freon (diklorofluoro metana) ditemukan.

Ini menandai babak baru teknologi pendinginan.

Baca Juga:Negara Penghasil Alpukat Terbesar di Dunia Luncurkan Peralatan Makan Unik, Bisa Kurangi Sampah Plastik!

Baca Juga:Beri Solusi Mencuci Piring Lebih Bersih, Higienis dan Hemat, Dishwasher Bosch Hadir dengan 3 Teknologi Ini

Sebelum freon ditemukan, gas atau cairan yang dipakai sebagai pendingin ialah amonia.

Namun, karena sifatnya yang toksik dan baunya yang menyengat, amonia mulai ditinggalkan sejak freon ditemukan.

Dengan berbagai kelebihannya, freon segera menjadi terkenal.

Empat puluh tahun kemudian freon mulai mendapat pesaing baru.

Meskipun tidak beracun, freon diketahui bisa merusak lapisan ozon Bumi.

Tahun 1960-an para ilmuwan menemukan semikonduktor baru yang punya kemampuan pendinginan. Salah satunya bismut telluride.

Jika dialiri listrik, suhu semikonduktor itu menurun.

Para ilmuwan menyebutnya efek Peltier (diambil dari nama ahli kimia Prancis, Jean Peltier, yang pertama kali menemukan fenomena ini tahun 1834).

Efek penurunan suhu inilah yang dimanfaatkan sebagai pendingin pada kulkas.

Baca Juga:Terlalu Sering Dianggap Sepele, Menjemur Handuk di Kamar Mandi Ternyata Sangat Berbahaya Bagi Kesehatan, Kok Bisa?

Baca Juga:Bye-bye Panas, Buat Rumah Adem dengan Aluminum Foil Tidaklah Sulit, Begini Caranya IDEA Lovers!

Sejak itu, lahir kulkas jenis baru yang bebas freon, dan diyakini lebih ramah lingkungan.

Hingga sekarang belum ada penemuan fenomenal dalam urusan lemari pendingin.

Berbagai inovasi umumnya berupa modifikasi dari model sebelumnya.

Sekarang orang bisa minum air dingin tanpa harus membuka pintu kulkas.

Dulu hanya dikenal kulkas satu pintu, sekarang ada kulkas dengan banyak pintu.

Lebih gila lagi, ada pula kulkas yang dilengkapi dengan fasilitas internet. Nanti entah apa lagi.

Selain berhubungan dengan urusan makanan dan minuman, teknologi pendinginan juga dipakai terutama di bidang sains.

Dengan lemari pendingin, sel-sel organisme hidup diawetkan untuk tujuan penelitian.

Di dalam "kulkas" pula sel sperma bisa disimpan dan dibuat berumur panjang untuk digunakan di kemudian hari.

#Rumahminimalis #Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya