Bikin Bangga! Sekolah di Tengah Rawa Ini Masuk Nominasi World Architecture Festival 2018

Kamis, 01 November 2018 | 11:40

Sekolah Alfa Omega di Tangerang

IDEAonline -Bangunan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Alfa Omega di Salembaran, Tangerang terpilih menjadi salah satu nominasi World Architecture Festival 2018.

Dengan dominasi bambu, sekolah ini dirancang oleh RAW Architecture dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar.

Menurut Lead Architect RAW Architecture, Realrich Sjarief, bangunan sekolah yang berada di lokasi rawa membuat ia mendirikan gedung sekolah dengan model panggung.

Baca Juga : Jangan Salah Taruh! Yuk Kenali 3 Zona Penyimpanan yang Wajib Ada di Area Dapur

"Bangunan ada di lokasi rawa, di bawah ketinggian tanah, di bawah level nol," ungkap Realrich yang dilansir dari Kompas, Selasa (30/10).

Pusat Kegiatan Belajar Mengajar Alfa Omega di Tangerang.

Baca Juga : Ingin Hidup Sehat, Begini Cara Menata Ruang Makan yang Tepat di Rumah

Mengingat daerah tersebut sering dilalui banjir, ketinggian bangunan dari atas tanahdibuat sekitar 2,1 meter.

Sehingga model bangunan panggung sesuai untuk membuat bangunan selaras dengan keadaan lingkungan.

"Saya pikir (bangunan) itu enggak boleh mengganggu alam, jadi sistemnya harus kayak umpak, agar lebih stabil," ucap Realrich.

Proses pembangunan bangunan menghabiskan waktu hingga empat bulan dan desain bangunan selama satu bulan.

Pusat Kegiatan Belajar Mengajar Alfa Omega di Tangerang

Baca Juga : Menilik Kemegahan Gereja Blenduk, Destinasi Wisata Peninggalan Kolonial Belanda

Berdiri di atas lahan seluas 11.700 meter persegi, bangunan ini mempunyailuas bangunan sekitar 3.000 meter persegi.

Di dalam lingkungan sekolah berdiri empat buah bangunan utama, satu ruang workshop, satu dapur, dan dua buah gudang.

Uniknya, bangunan gudang yang ada di kompleks sekolah ini merupakan bekas bedeng para tukang.

Baca Juga : Ingin Hidup Sehat, Begini Cara Menata Ruang Makan yang Tepat di Rumah

"Apa yang sudah dibangun tidak dibongkar. Jalan yang ada di dalam ya jalan yang dulu dipakai tukang," ujar Realrich.

Pusat Kegiatan Belajar Mengajar Alfa Omega di Tangerang

Baca Juga : Masuk Jajaran MC Terkaya dengan Penghasilan Rp 40 Juta Per Tayangan, Begini Mewahnya Rumah Uya Kuya!

Gedung Sekolah Alfa Omega juga dirancang konsep yang terbuka dan dengan konsep passive cooling building, sehingga tidak memerlukan pendingin udara lagi .

Untuk itu, langit-langit bangunan dirancang dengan ketinggian tertentu yang dapat mengalirkan udara sehingga dapat meminimalisasi penggunaan energi.

Realrich mengatakan, saat siang hari, ruangan kelas tidak memerlukan tambahan cahaya.

Sedangkan pada malam hari, pencahayaan gedung menggunakan lampu LED.

Pusat Kegiatan Belajar Mengajar Alfa Omega di Tangerang

Baca Juga : Saksi Bisu Masa Kolonial, Begini Cantiknya Kota Lama Semarang dan Kemegahan Arsitektur Eropa

Ini merupakan keinginan dari pengelola sekolah, agar siswa yang belajar merasa semakin dekat dengan alam.

"Karena memang mintanya begitu, lebih open dan enggak panas, enggak pakai listrik banyak-banyak," ujarnya.

Selain bentuk bangunan yang dibuat lebih tinggi, atap gedung sekolah juga menjadi salah satu daya tarik bangunan.

Realrich menjelaskan, bentuk atap sekolah dibuat melengkung dengan tujuan untuk menjaga kestabilan.

Baca Juga : Kontrol Tagihan Listrik Dengan AC LG DUALCOOL with Watt Control

Menurutnya, jikaatap dibuat statis, maka bahan atau materialnya akan mudah tercabut ketika ada angin.

Rangka utama atap terbuat dari besi, sedangkan rangka sekunder dibuat dari bambu. Rangka sekunder ini berfungsi untuk menopang daun penutup atap.

"Kalau lengkung, dia (atap) jadi lebih stabil, lebih kuat, lebih aerodinamis," kata Realrich.

Pusat Kegiatan Belajar Mengajar Alfa Omega di Tangerang

Baca Juga : Sekaligus Ruang Tamu, Simak Penataan Ruang Keluarga di Lahan Mungil

Daun nipah, menurut Realrich, digunakan sebagai insulator bangunan.

Di bawah lapisan nipah, terdapat lapisan anti air yang berbentuk seperti membran plastik untuk menjaga ruangan tetap kering saat musim hujan.

Di dalam lingkungan sekolah berdiri empat buah bangunan utama, satu ruang workshop, satu dapur, dan dua buah gudang.

Untuk ketahanan, atap daun nipah dapat bertahan hingga 10 tahun.

Baca Juga : Cari Tahu, Ternyata Pria Juga Butuh 4 Hal Ini di Kamar Mandi Mereka

Dalam rancangan bangunan sekolah ini, Realrich menggunakan baja sebagai rangka struktur.

Material ini dipilih bukan hanya karena kemampuannya dalam menopang beban berat, namun juga karena kelebihannya dalam kecepatan konstruksi dan ketahanan bangunan.

Material ini merupakan bahan bangunan yang fleksibel dan membutuhkan sedikit penanganan dalam pemeliharaannya.

Selain itu, konstruksi bambu di sisi lain juga dianggap kuat untuk menopang bangunan.

Pusat Kegiatan Belajar Mengajar Alfa Omega di Tangerang

Baca Juga : 6 Cara Menata Walk in Closet, Ruang Pamer Butik Pribadi di Rumah

Dengan penggunaan lebih dari 50 persen, bambu yangdigunakan dalam bangunan ini merupakan jenis petung dan tali yang banyak ditemukan di lingkungan sekolah.

Keunikan lain dalam bangunan ini adalah adanya jembatan dan jalan penghubung antar gedung. Realrich mengatakan, jembatan ini juga dibangun dari bahan bambu.

Jembatan ini berfungsi sebagai penghubung sekolah dengan pintu masuk.

Tak hanya bambu dan nipah, fasad bangunan juga dibangun dari batu bata.

Bata tersebut disusun dengan kerapatan berbeda.

Baca Juga : Kontrol Tagihan Listrik Dengan AC LG DUALCOOL with Watt Control

Bata dipilih karena memiliki konduktivitas yang rendah.

Tak hanya atap, dinding bangunan juga dibuat bergelombang.

Hal ini dilakukan untuk mewujudkan efisiensi struktur, dimana bangunan dengan bentuk lengkung lebih kokoh dibanding bangunan berbentuk linier.

Sedangkan lantai sekolah diberi lapisan beton.

Dengan pemanfaatan berbagai material alam, Realrich mengatakan, bangunan ini mampu bertahan hingga 100 tahun.

Baca Juga : Jangan Salah Pilih! Berikut Ukuran Lantai untuk Rumah Mungil

"Seratus tahun untuk keseluruhan bangunan, tentu dengan perawatan,"tambahnya.(*)

Editor : Pipit

Baca Lainnya