IDEAonline -Bagaimana jika sebuah instalasi arsitektur disajikan tanpa memiliki bentuk?
Sebuah instalasi arsitektur yang dipajang di pameranVenice Architettura Binennale 2018 (VAB 2018) tak memiliki bentuk dan hanya sebuah ruang kosong seluas 300 meter persegi.
Dan ruang kosong tersebut semuanya berasal dari kertas.
Instalasi aristektur ini diberi judul“Sunyata: The Poetics of Emptiness” dan merupakan perwakilan Indonesia di ajang pameranVAB 2018.
Baca Juga : Funitur untuk Anak Ini dari Daur Ulang Mainan Lama, Bentuknya Gemesin!
“Sunyata: The Poetics of Emptiness” diusung oleh enam kurator dengan kurator utama, Ary Indrayanto dari perusahaan arsitektur Aboday, bersama dengan lima kurator lainnya, yaitu David Hutama Setiadi, Adwitya Dimas Satria, Ardy Hartono Kurniawan, Jonathan Aditya Gahari dan Johanes Adika Gahari.
Kertas menjadi wadah, kertas menjadi ruang, metafora itu yang ingin dihadirkan oleh Ary Indra dan timnya.
Bagaikan kertas yang kemudian sangat bergantung dengan tangan manusia untuk mengisinya, demikian pula ruang kosong.
Dengan menciptakan ruang secara metafora, paviliun membangun hubungan lintas tempat dan waktu.
Baca Juga : Furnitur Sensoris Ini Bisa Tingkatkan Konsentrasi dan Memori Anak di Rumah
Terbuat seluruhnya dari 21 m hingga 18 m kertas mengapung di dalam Arsenale dan secara vertikal mengiris ruangan menjadi dua, desain Sunyata mengundang para penonton untuk mengalami ritualisasi dengan memulai sentuhan antara indera dan ruang manusia.
Dengan 9600 jahitan tangan untuk membangun paviliun, 100 tombol kertas untuk menstabilkan seluruh struktur, semua dibuat dengan tangan dalam jangka waktu 10 hari, manusia adalah tokoh utama dari konsepsi hingga inisiasi.
Manusia punya kebebasan penuh dan kemerdekaan mutlak memperlakukan ruang kosong tersebut.
Kebebasan, kemerdekaan dari kekosongan ini juga dengan sekaligus menjawab tantangan tema dari kurator Yvonne Farrell dan Shelley McNamara.
Baca Juga : Tak Sembarang Bangun, Ini Makna Filosofis Rumah Tradisional di Bali
Kekosongan di sini dipahami sebagai entitas aktif, sebagai kekosongan yang menuntut untuk ditaklukkan.
Kekosongan sendiri adalah konsep yang sangat berakar diarsitektur Indonesia.
Elaborasi konsep ini tersebar di berbagai etnis dengan berbagai implementasi.
Sunyata atau konsep Kekosongan menempatkan dialog antara manusia dan ruang sebagai inti manifestasi arsitektur.
Beberapa proyek arsitektur yang dengan jelas menggarisbawahi menggunakan konsep Kekosongan ini misalnya reruntuhan kuno Taman Sari di Yogyakarta dan gedung postcolonial Stasiun Jakarta Kota.
Baca Juga : Mandi di Kolam Wine, Nikita Willy Berendam di Air yang Mirip Darah, Netizen: Duitnya Engga Abis-Abis
Ataukarya yang lebih kontemporer dari generasi arsitek muda Indonesia seperti Museum Tsunami di Banda Aceh.
Meskipunmemiliki wujud dan rupa yang beragam di berbagai arsitektur etnik dan modern Indonesia, kekosongan ini sesungguhnya memiliki makna serupa.
Untuk itu, Sunyata adalah proyek pengalaman yangmelibatkan interaksi antara pameran dan khalayak.
Dengan menekankan pada inti dari tata ruang volumetrik daripada yang elemental, proyek ini menargetkan untuk memprovokasi kemungkinan baru dalam memahami arsitektur dan memaksakan perspektif baru tentang bagaimana arsitektur masa depan di Indonesia dapat.
Baca Juga : Tampilannya Berbentuk Hati, Tanaman Imut Ini Ternyata Memiliki Bisa yang Mematikan
Ini merupakan kali kedua Indonesia berpartisipasi pada pameran Venice Architettura Binennale 2018 (VAB 2018).
Sebelumnya, Indonesia berpartisipasi pada pameran Venice Architettura Binennale 2014 (VAB 2014). (*)