Sebagai orang Timur, budayanya sebenarnya telah menjabarkan secara benar konsep ini dengan menempatkan WC di posisi belakang.
Hal ini dibuktikan dengan selalu mengatakan “mau permisi ke belakang” setiap berkunjung ke rumah orang dan ingin buang air.
Kata-kata “belakang” selain menunjukkan arah juga menguraikan filosofi tentang konsep rumah sebagai bentuk makro dari tubuh manusia.
Tata ruang dengan konsep WC di bagian belakang rumah masih banyak ditemukan pada bangunan sebelum era 1970-an, khususnya di kawasan Pecinan/ China Town.
Baca Juga : Tak Perlu Risau Punya Kamar mandi Sempit, Ikuti 6 Panduan Menatanya
Di era kemajuan zaman sekarang ini yang jadi persoalan adalah banyak rumah yang menempatkan WC justru di bagian depan rumah, bahkan berdampingan atau lebih maju dari pintu utama.
Mendesain rumah seperti ini bukannya sebagai suatu larangan tetapi menyalahi filosofi hubungan alam dengan manusia sehingga dampaknya cepat atau lambat akan menimbulkan kerugian bagi penghuninya.
Sebelum era 1970 atau sebelum konsep arsitektur Barat modern meramaikan desain rumah di Indonesia, rumah dengan desain WC dan kamar mandi di depan rumah sangat jarang ditemukan, kecuali rumah Loji (rumah Kolonial) untuk warga Barat dan bangunan vila untuk peristirahatan.
Baca Juga : 11 Inovasi Kamar Mandi Ini Bikin Kita Ingin Berlama-lama di Dalamnya, Nomor 8 Tak Terpikirkan!
Konsep penempatan kamar mandi di bagian belakang ini selain bagian dari penjabaran Feng Shui juga sebagai upaya untuk menciptakan rumah yang lebih sehat, karena sumber Sha Qi dijauhkan dari rumah induk.
Dengan masuknya konsep arsitektur Barat modern, filosofi keselarasan ini mulai ditinggalkan karena masyarakat banyak yang terjebak dalam konsep pragmatis, kemudian meninggalkan desain tradisional yang penuh filosofi dan mengubahnya dengan desain yang lebih trend.
WC-pun diletakkan di bagian depan rumah sebagai simbol lambang kemajuan. (*)