Misalnya menghindari ornamen atau detail sama saja menghemat waktu ketika kita hendak membangun rumah, di samping biaya, maintenance dan aspek penting lainnya.
Lantas mengapa gaya ini bisa masuk ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia?
Provokasi International Style
Le Corbusier pernah melakukan perjalanan ke Semenanjung Balkan, lalu menggambar banyak sketsa untuk mengkaji teori perkembangan arsitektur modern.
Berbekal kajian dan kemampuan provokatifnya, arsitek Gedung PBB di New York ini menganggap bahwa “di mana pun dan kapan pun bangunan itu sama”.
Baca Juga : Seluas 21.000 m2, Propan Raya Resmikan Gedung Baru di Kawasan Ciputra International
Artinya, sebuah bangunan mampu beradaptasi pada budaya, adat, dan iklim yang berbeda.
Walau semula pernyataannya ditentang, ironisnya ide tersebut banyak dipakai para arsitek untuk berkaca.
Jadi, mengapa ada minimalis, karena adanya doktrinasi gaya arsitektur yang bernama Gaya Internasional atau International Style.
Namun entah mengapa, banyak orang tertarik dengan “minimalis”.
Apa mungkin karena bentuknya, atau memang karena arsitektur telah menjadi life style?
(*)