Follow Us

Idenya dari Putih Telur, Begini Sejarah Mengenai Ornamen Kaca yang Wajib Kamu Tahu!

Fatur Rohman - Rabu, 22 Mei 2019 | 08:00
Contoh aplikasi kaca inlay pada lantai.
Foto : Dok. Inlay Aldira Glass

Contoh aplikasi kaca inlay pada lantai.

Laporan Tabloid Rumah Edisi 207

IDEAonline - Siapa bilang ornamen kaca harus memakai rangka logam? Tanpa rangka justru makin nyeni.

Baca Juga: Sambut Hari Raya, Ini 5 Langkah Mudah Dekorasi Meja Makan di Rumah

Tentu tak asing penggunaan kaca sebagai elemen pembentuk ruang, seperti pintu dan jendela, atau pun sebagai elemen dekorasi.

Usaha kaca dekorasi pun makin marak sejak munculnya kerajinan kaca patri.

Karena sudah terlalu banyak “pemain” di bidang kerajinan kaca patri inilah, Wiguno Wiranto, pemilik perusahaan Inlay Aldira Glass, menciptakan dan mengembangkan kerajinan kaca yang belum ada dipasaran.

Baca Juga: Andre Taulany Kembali ke Acara Sahur, Sang Istri Sibuk Rayakan Ultah Teman di Hotel Bintang Lima

Dari sinilah, tepatnya tahun 1998, ide untuk menempelkan kaca pada kaca dimulai.

Bukan Kaca Patri

Menurut Wiguno, yang mengklaim usahanya pertama kali di Indonesia, idenya muncul ketika ia melihat pecahan kaca yang direkatkan dengan putih telur.

Ia melihat dekorasi kaca tanpa logam ini memiliki nilai seni tinggi dan merupakan sesuatu yang baru di Indonesia.

Baca Juga: Ruang Makan Outdoor Milik Nagita Tersorot Kamera saat Momen Prank Raffi Ahmad, Warganet: Untung Cuma Prank

Berbeda dengan kaca patri (stained glass) yang menggunakan unsur logam timah sebagai kerangka, kaca inlay malahan memanfaatkan sinar UV (Ultra Violet) untuk merekatkan kaca dengan kaca.

Dari proses inilah maka kerajinan ini diberi nama kaca inlay, yang berarti kaca yang berbentuk tatahan.

Contoh aplikasi kaca inlay pada lantai.
Foto : Dok. Inlay Aldira Glass

Contoh aplikasi kaca inlay pada lantai.

Tak Terbatas Bentangan

Tanpa unsur logam justru membuat kaca inlay lebih kuat dan tahan lama.

Penggunaannya pun tak terbatas pada interior tetapi juga eksterior.

Ini membuktikan bahwa kaca inlay tahan terhadap perubahan cuaca, seperti di Indonesia.

Yang membuatnya unggul, produk kaca inlay ini tidak terbatas pada bentang tertentu.

Hanya memang ada standar ketebalan kaca menyesuaikan luasnya. “Dibutuhkan kaca setebal 1,8 cm dengan bentang seluas 2 m2.

Baca Juga: Hadiah Pernikahan, Uniknya Desain Dapur Bergambar Lego pada Rumah Pasangan Ini!

Sedangkan untuk penggunaan di lantai, ketebalan kaca minimal 3 cm untuk luas 1 m2,” jelas Wiguno.

Insulasi Panas

Jika diuraikan satu persatu, produk kaca inlay ini memiliki 3 lapis utama.

Lapis yang pertama adalah kaca dasar.

Yang kedua adalah kaca motif yang menempel pada kaca dasar yang kemudian ditutup dengan kaca dasar lagi sebagai lapis ketiga.

Baca Juga: Kocak! Kebingungan dengan Tanda Satu Ini, Kamar Hotel di Bali Jadi Perbincangan Turis Asing

Lapisan pertama dan kedua ini menempel.

Sedangkan antara kaca dasar bermotif dengan lapis ke tiga terdapat ruang kosong.

Ruang kosong inilah yang berfungsi sebagai toleransi pemuaian kaca sekaligus untuk menginsulasi panas. Anda pun tak perlu khawatir konsumsi listrik yang boros jika menggunakan kaca inlay pada ruang yang AC.

Baca Juga: Ani Yudhoyono Sempat Dihalangi Kaca Saat Bertemu Sang Cucu, Kini Bentuk Wajah dan Kaki Kian Berubah

Minim Perawatan

Dalam aplikasinya sebagai elemen interior maupun eksterior bangunan, kaca inlay ini memerlukan bingkai (frame) sebagai “pegangan”.

Material yang digunakan sebagai bingkai pun sangat beragam.

Anda dapat menggunakan UPVC, aluminium, kayu, batu alam, atau besi.

Setelah terpasang, tak ada perawatan rumit yang perlu dilakukan.

Kaca inlay cukup dibersihkan dari debu secara rutin.

“Hanya saja hindarkan kaca dari segala bentuk benturan,” saran Wiguno.

(*)

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya

Latest