Laporan Majalah IDEA edisi 171
IDEAonline -Banyak orang yang berpikir bahwa kamar kos merupakan tempat tinggal sementara, sehingga kenyamanannya boleh diabaikan.
Para pengusaha rumah kos tak jarang mengutamakan keuntungan sehingga kuantitas kamar lebih penting daripada kualitasnya.
Baca Juga: Sering Terabaikan, Begini Cara Pemilik Rumah Gunakan Bawah Tangga Sebagai Musala!
Dengan luas lahan 120 M persegi,Andy Rahman Architect ingin lebih memanusiakan penghuni rumah kos.
Biro arsitek ini membuktikan bahwa dengan siasat desain yang tepat, kenyamanan penghuni rumah kos tidak perlu dikorbankan.
Bahkan ini dapat diwujudkan melalui hal-hal kecil dan solusi sederhana.
Pengudaraan menjadi pertimbangan utama sang arsitek, mengingat lokasi rumah kos di Surabaya yang panas dan lembap.
Aliran udara ke dalam bangunan 3 lantai ini disuplai melalui celah selebar 80 cm yang dibuat di sepanjang sisi bangunan.
Baca Juga: Ingin Menambah Luas Taman, Ikuti Layoutnya Ideal di Lahan Terbatas
Cahaya matahari pun dapat menerangi bangunan kala siang hari.
Pemilihan material dinding berupa roster memungkinkan udara dan cahaya menerus masuk hingga ke bagian tengah bangunan.
Seluruh ruang menjadi lebih sehat karena senantiasa tersentuh udara dan cahaya alami. Penggunaan alat pengondisi udara atau Air Conditioner (AC), dapat diminimalkan.
Baca Juga: Bak Showroom, Intip Inspirasi Mengejutkan Bagian Foyer Hunian Seluas 285 M
Tak hanya kenyamanan fisik yang diperhatikan biro arsitek yang berdiri sejak 2006 ini, tetapi juga kenyamanan psikis.
Melalui ruangruang bersama yang disediakan di rumah kos ini, para penghuni dapat berinteraksi lebih akrab. Ini sekaligus membangun kembali budaya lisan yang sudah mulai luntur akibat perkembangan teknologi.
Salah satu ruang komunal adalah ruang duduk di lantai bawah yang dilengkapi dapur.
Ruang ini berlangit-langit terbuka, menerus ke atas, yang meleburkan batas antara dalam dan ruang luar. Di lantai teratas, para penghuni kos dapat berkumpul dan bersantai menikmati pemandangan dari ketinggian.
Di proyek yang berhasil menyabet 2 penghargaan internasional, yaitu finalis World Architecture Festival 2016 Berlin dan nomine Building Of The Year 2017 Archdaily ini.
perancangnya juga mengeksplorasi material demi penghematan biaya. Penggunaan kayu bekas peti kemas untuk pintu dan furnitur, contohnya.
Begitu juga ekspos material seperti semen dan bata, yang sekaligus juga menekan biaya perawatan.
Keren banget yah!
(*)