Eye Catching Banget, Begini Cara Desainer Indonesia Hadirkan Industrial pada Resto Bernuansa Alam!

Laporan Majalah IDEA 179

IDEAonline - Dari tampilan fasadnya saja, restoran Kayu Kayu di Alam Sutera, Tangerang Selatan, inisudah menarik perhatian.

Potongan-potongan kayu digantung bersusunan menutup hampir keseluruhan fasad.

Baca Juga: Dulunya Sebuah Kantor, Hunian Seluas 185 M Ini Lekat dengan Gaya Natural nan Unfinished

Sesuai namanya, pasti sudah terbayang akan konsepnya yang tak jauh dari unsur alam.

Benar saja, begitu masuk ke dalam restoran, pengunjung langsung disambut pohon besar yang diapit dua tangga berlapis kayu yang megah.

Bukan cuma unsur alam yang menonjol dari desain restoran masakan Indonesia ini.

Sentuhan industrial pun hadir melengkapi konsep ruang. Santi Alaysius, desainer interior dari Domisilium Studio, mengungkapkan bahwa desain pabrik menjadi inspirasi desain Kayu Kayu Restaurant.

Saat Suasana Pabrik Bersentuhan Alam

Pemilik restoran yang juga memiliki toko furnitur menginginkan desain restorannya bersuasana layaknya pabrik furnitur dengan unsur kayu yang mendominasi.

Baca Juga: Di Indonesia Juga Ada, Begini Isi Rumah yang Dulunya Sebuah Pabrik Roti, Dalemnya Bikin Pangling

“Kebetulan restoran ini lokasinya bersebelahan dengan toko furnitur tersebut,” kata Santi.

Kesan pabrik memang langsung terasa begitu melihat bangunan restoran ini. Struktur besi mendominasi kerangka bangunan serta semen ekspos yang jadi pijakan di lantai 1.

Beberapa furnitur di dalam restoran pun merupakan hasil daur ulang dari mesin-mesin pabrik yang sudah usang.

Saat Suasana Pabrik Bersentuhan Alam

Salah satunya meja dari bekas roda mesin serta kredensa dari mesin pemintal.

Menariknya, banyak elemen interior yang memanfaatkan limbah sisa produksi pabrik furnitur. Misalnya lampu gantung yang jadi salah satu focal point di restoran ini.

Kap lampunya terbuat dari potongan tripleks yang dilengkungkan dan disusun sedemikian rupa.

Potongan tripleks juga dimanfaatkan kembali menjadi dekorasi dinding di ruang makan VIP.

Penggunaan barang-barang daur ulang ini rupanya menjadi tantangan tersendiri bagi tim desainer.

Perubahan konsep desain banyak terjadi dan hasilnya berbeda dari perencanaan awal. “Pengerjaan desain semuanya bergantung dari material sisa apa lagi yang bisa didaur ulang,” ungkap Santi.

Saat Suasana Pabrik Bersentuhan Alam

Tim dari Domisilum Studio pun akhirnya berhasil menyelesaikan proyek ini selama 2 tahun dengan misi menghadirkan konsep unik yang berbeda dari restoran lain di sekitarnya.

Baca Juga: Makin Adem dengan Bantuan Void, Tilik Ruang Makan Bernuansa Alami!

“Owner juga inginnya tempat ini jadi tempat ngumpul yang nyaman dengan ambience yang alami,” ucap Santi.

Suasana alami di restoran ini begitu terasa berkat dekorasi tanaman yang rindang.

Pohon besar sengaja diletakkan di tengah ruangan untuk menjadi simbol kehidupan dan kenyamanan. Pemilik restoran memiliki andil besar soal pemilihan jenis tanaman.

Saat Suasana Pabrik Bersentuhan Alam

“Ia menginginkan yang berukuran besar supaya sejalan juga dengan nama restoran dan konsep dominasi kayu,” ungkap Santi.

Baca Juga: Manfaatkan Potensi Alam, Rumah Kos Seluas 120 M Ini Miliki Fasad Bolong-bolong Hingga Menangkan Penghargaan Luar Negeri!

Pemilik restoran pun ternyata memiliki hobi mengumpulkan pernik dekorasi dan tanaman kecil.

Tim desain pun menampung hobi tersebut dengan menyediakan rak-rak terbuka di salah satu sudut restoran untuk memajang pernik.

Suasana nyaman semakin terbangun dengan kehadiran kolam ikan berbentuk parit yang mengelilingi restoran ini.

Saat Suasana Pabrik Bersentuhan Alam

Kolam pun hadir di bagian tengah restoran, tempat pohon besar berada.

Baca Juga: Intip Tampilan Elegan Ruang Tamu dengan Bantuan Unsur Alami dan juga Furnitur Dinamis

Tak heran, suasana di dalam restoran terasa makin nyaman dengan suara gemercik air yang menenangkan.

Menurut Santi, kehadiran kolam ini juga bagian dari filosofi alam yang ingin dihadirkan pada restoran ini.

“Desain ini mengingatkan kalau air dan tanaman jadi unsur alam yang paling dekat selama kita hidup,” kata Santi menutup.

(*)