Kisah mitologi di atas bagi sebagaian orang hanyalah cerita untuk penghantar tidur, namun kalau kita mau meneliti melalui kaca mata filosofi s berdasarkan kebijaksanaan purba, ternyata isinya sangat sarat dengan anjuran untuk berbuat kebaikan agar pahalanya berlimpah.
Dengan adanya sistem pengawas yang tidak tampak itu, manusia dididik untuk mengontrol perilakunya sendiri agar senantiasa takut untuk berbuat jahat dan lebih suka berlaku baik terhadap sesama.
Sekecil apapun kejahatan yang dilakukan akan diketahui oleh “yang tidak tampak”.
Metode ini nimimum akan lebih bisa mencegah hawa nafsu manusia saat akan berbuat kejahatan.
Masalah sesajian dengan rasa manis dan lengket dan arak yang memabukkan, serta uang
sembahyangan yang diperuntukkan sebagai uang jalan, hal ini merupakan“kreativitas” atau “keramahan” dari budaya orang Timur untuk menutupi kelemahannya.
Mereka sadar akan kesalahan atau kekurangan yang dimilikinya.
Dari kisah ini, banyak orang berkata bahwa manusia itu menggunakan akalnya kelewat “pandai”, Malaikat pun berani diperdaya apalagi manusia biasa saja.
Selain itu, cerita mitologi di atas adalah sebuah pendidikan (ala Cina kuno) tentang pentingnya menjaga kebersihan dalam ruang dapur, agar kesehatan keluarga bisa diwujudkan.
Baca Juga: Bumbu Dapur ini Bersihkan 5 Sarang Kuman Kamar Mandi, Nomor 4 Jarang Diketahui!
Baca Juga: Begini Buat Dapur Tidak Pengap Tanpa Cookerhood, Pakai Bumbu Dapur!
(*)