Arswendo juga pernah mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, Amerika Serikat pada tahun 1979. Ia pernah mengelola tabloid Bintang Indonesia setelah menemui Sudwikatmono, penerbitnya.
Arswendo berhasil menghidupkan tabloid itu, tapi ia hanya bertahan tiga tahun. Ia kemudian mendirikan perusahaannya sendiri, PT Atmo Bismo Sangotrah, yang memayungi sedikitnya tiga media cetak: tabloid anak Bianglala, Ina (kemudian jadi Ino), serta tabloid Pro-TV.
Sudut di rumahnya
RumahArswendo terkenal dengan keteduhannya dan tampilan bagaikan museum.
Kenapa tidak, bangunan seluas200 meter persegi dan tanah 300 meter persegi itu menjadi bagian hidup Arswendo Atmowiloto.
Hampir 30 tahun dirinya sudah menempati hunian peninggalan sang ibu tersebut.
Tumbuh seorang penulis, jurnalis, kritikus televisi, dan pemilik rumah produksi, seorang anak, ayah, kakek, dan pencinta hewan, hunian ini penuh dengan kenangan dirinya.
Foto yang diambil oleh wartawan kompas ini menjadi kenangan yang tergantikan oleh kerluarga.
Tampilan ruang yang penuh denganbingkai foto terpajang sepanjang ruangan.
Sketsa diri, ada pula yang berbentuk kartun berwarna menghiasi ruangan bergayavintage.