IDEAonline -Kabar duka datang dari sastrawan Arswendo Atmowiloto. Arswendo meninggal dunia di kediamannya di Komplek Kompas, Petukangan, Jakarta Selatan, Jumat (19/7/2019), sekitar pukul 17:50 WIB.
Sebelumnya, Arswendo Atmowiloto memang dikabarkan menjalani perawatan di Rumah Sakit Pertamina Pusat, Jakarta karena penyakit kanker prostat.
Baca Juga: Kabar Duka Datang dari Arswendo, Intip Hunian Bak Museum Miliknya yang Kini Tinggal Kenangan
Kesehatan Arswendo Atmowiloto sempat naik turun. Seperti dikabarkan oleh Rudolf Puspa, rekan Arswendo Atmowiloto yang juga merupakan seniman teater melalui akun Twitter-nya, Senin (24/6/2019) kemarin.
Arswendo Atmowiloto dikenal sebagai penulis dan wartawan Indonesia yang aktif di berbagai majalah dan surat kabar seperti Hai dan Kompas.
Sebagai seorang sastrawan, Arswendo menulis cerpen, novel, naskah drama, dan skenario film.
Baca Juga: Menyeramkan! Ternyata Setiap Hari Kita Tidur Ditemani dengan Ini
Salah satu naskah paling terkenal yang ia tulis yakni naskah Keluarga Cemara yang diangkat dalam sinetron di RCTI tahun 1996-2002 dan difilmkan dan diangkat ke layar lebar pada tahun 2019.
Arswendo pernah menempuh pendidikan tinggi di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Solo (sekarang Universitas Sebelas Maret) tetapi tidak tamat.
Kiprahnya di bidang sastra juga ia rajut sebagai pemimpin Bengkel Sastra Pusat Kesenian Jawa Tengah, Solo (1972).
Arswendo juga pernah mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, Amerika Serikat pada tahun 1979. Ia pernah mengelola tabloid Bintang Indonesia setelah menemui Sudwikatmono, penerbitnya.
Arswendo berhasil menghidupkan tabloid itu, tapi ia hanya bertahan tiga tahun. Ia kemudian mendirikan perusahaannya sendiri, PT Atmo Bismo Sangotrah, yang memayungi sedikitnya tiga media cetak: tabloid anak Bianglala, Ina (kemudian jadi Ino), serta tabloid Pro-TV.
Sudut di rumahnya
RumahArswendo terkenal dengan keteduhannya dan tampilan bagaikan museum.
Kenapa tidak, bangunan seluas200 meter persegi dan tanah 300 meter persegi itu menjadi bagian hidup Arswendo Atmowiloto.
Hampir 30 tahun dirinya sudah menempati hunian peninggalan sang ibu tersebut.
Tumbuh seorang penulis, jurnalis, kritikus televisi, dan pemilik rumah produksi, seorang anak, ayah, kakek, dan pencinta hewan, hunian ini penuh dengan kenangan dirinya.
Foto yang diambil oleh wartawan kompas ini menjadi kenangan yang tergantikan oleh kerluarga.
Tampilan ruang yang penuh denganbingkai foto terpajang sepanjang ruangan.
Sketsa diri, ada pula yang berbentuk kartun berwarna menghiasi ruangan bergayavintage.
Selamat jalanArswendo.. (*)