"Gatot Mangku Pradja, pendiri tentara Peta, pernah melakukan pertemuan di dalam rumah ini, pertemuan tersebut sebagai ajang mengatur strategi tentara PETA," jelas Rachmat Fajar pewaris Bumi Ageung sekaligus keturunan dari Raden Adipati Aria Prawiradiredja II pendiri Bumi Ageung, saat ditemui di Bumi Ageung, Cianjur Jawa Barat, Rabu, (09/10/2019).
Tokoh seperti Gatot Mangkoepradja pendiri PETA, Pasukan Sukarela Pembela Tanah Air sempat melakukan rapat perencanaan untuk menyusun strategi dalam meraih kemerdekaan Indonesia di rumah berwarna hijau ini.
Fajar keturunan dari Raden Adipati Aria Prawiradiredja II menjelaskan prabotan makan yang berada di Bumi Ageung.

Fajar keturunan dari Raden Adipati Aria Prawiradiredja II menjelaskan prabotan makan yang berada di Bumi Ageung.
Rumah ini juga pernah diambil alih oleh Jepang karena dinilai sebagai ancaman bagi pergerakan mereka.
Hal itu membuktikan bahwa rumah yang terletah di pusat kota Cianjur ini memiliki peranan penting bagi pemerintahan Indonesia pada zaman perjuangan.
"Jadi waktu tahun 1946 sampai 1948 terjadi pengungsian besar-besaran keluarga besar kami dari Bumi Agung ini ke Kuningan, dan ke Cianjur Selatan karena target sasaran bom rumah ini, karena sering menjadi tempat perundingan," papar Fajar.
Datangnya pasukan Jepang untuk mengambil alih, menimbulkan beberapa banyak barang yang rusak.
Namun, barang-barang yang ada didalam Bumi Ageung sempat diselamatkan oleh warga sekitar dan dapat dipamerkan hingga saat ini.
Isi rumah yang masih bertahan dari awal didirikan hanya 20 persen.