IDEAOnline-Membangun taman-taman atap di kawasan kota terbukti memberi kontribusi positif terhadap lingkungan secara signifikan.
Ada banyak kisah sukses eksistensi taman atap di mancanegara, seperti kota Singapura (skyrise greening project), New York dan Washington (greenroof project), Tokyo dan Hongkong-China (flying green project), dan Berlin (ecoroof project).
Berikut manfaat istimewa taman atap, dalam memperbaiki mutu udara dan meningkatkan kualitas lingkungan.
Baca Juga: Atap Bulat Paling Ideal Sulit Diaplikasikan, Ganti dengan 5 Bentuk Ini
Mereduksi Temperatur Udara
Bangunan yang atapnya dimanfaatkan sebagai taman mampu mengurangi penyerapan panas di dalam bangunan hingga 10%.
Ini berarti kita dapat berhemat hingga 60% konsumsi energi yang digunakan untuk pengondisian udara.
Suhu dalam ruang pun bisa turun setidaknya 1-2 derajat C atau tergantung luasan roof garden.
Dari sisi finansial, pengeluaran ekstra untuk pendingin udara pun dapat ditekan seminimal mungkin.
Baca Juga: Tak Hanya Atap, Dinding Rumah Pun Bisa Bocor dan Berjamur Bau Tak Sedap, Atasi dengan Ini
Peredam Suara yang Efektif
Adanya hijauan, terutama tanaman dengan permukaan daun kasar atau tepi bergerigi, ampuh meredam kebisingan yang memekakkan telinga, khususnya bagi penghuni di dalam bangunan.
Polusi suara dapat berasal dari kendaraan bermotor, mesin pabrik, maupun suara alami guntur kala hujan lebat.
Baca Juga: Atap Carport Solid Tertutup, Ini Cara Cegah Bocor pada Dak Beton
Memanfaatkan Air Hujan Secara Optimal
Taman di atap kurang berperan dalam proses penyerapan air ke bumi.
Namun berkat taman atap, asupan air hujan dapat diserap dan disimpan secara optimal sampai 30%.
Bahkan air hasil buangan (drainoff water) masih bisa digunakan untuk menyiram tanaman atau dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan lain.
Meningkatkan Kadar O2 di Udara
Tanaman akan berfotosintesis dengan bantuan energi matahari, mengubah gas berbahaya CO2 menjadi O2 yang menyegarkan dan dibutuhkan mahluk hidup.
Peningkatan kadar O2 ini turut memperbaiki dan meningkatkan kualitas udara.
Selain itu, kelembapan udara di sekitar roof garden akan meningkat sebab tanaman juga melakukan proses transpirasi.
Namun ingat, kelembapan yang terlampau tinggi ditunjang suhu udara tinggi, justru akan menciptakan suasana panas-lembap yang kurang nyaman.
Baca Juga: Ciptakan Rumah Hemat Energi Bisa Selamatkan Bumi, Dukung Go Green!
Filter Alami terhadap Polusi Udara
Partikel debu dan gas berbahaya dapat dijerap dan diserap oleh tanaman secara efektif.
Untuk memaksimalkan penyaringan, pilihlah tanaman dengan permukaan tidak rata (berbulu atau berduri).
Udara kotor akan menempel pada bulu atau duri tanpa menutupi seluruh permukaan daun.
Jenis tanaman tertentu, seperti lidah mertua dan puring dapat mengabsorpsi gas berbahaya masuk ke dalam struktur daun.
Foto: Dok. ENVIROSPACE
Mengurangi Radiasi dan Cahaya Berlebih
Secara tak langsung, taman berfungsi sebagai insulator panas.
Adanya hijauan di atap bangunan mampu menyerap panas pada siang hari dan melepaskannya secara perlahan kala malam, sehingga mempersempit fluktuasi suhu udara.
Permukaan rumput dan tanaman pun dapat mengurangi pantulan radiasi hingga 60%.
Baca Juga: Ini Cara Kerja Teknologi Plasmacluster Sehatkan Ruang & Usir Polusi!
Sebagai Koridor Perjalanan Satwa Liar
Roof garden pada shelter difungsikan pula sebagai koridor perjalanan sekaligus tempat singgah bagi perjalanan satwa liar, khususnya burung dan serangga.
Selain mengoptimalkan nilai fungsional, estetika, dan ekonomis lahan, bertambahnya ruang terbuka hijau berupa roof garden di kawasan perkotaan berperan sebagai ’batu loncatan’ yang menjembatani bangunan dengan habitat alam yang lebih luas, seperti taman kota atau area hijau kota lainnya.
Idealnya, roof garden dibangun kontinu bak stepping stone hijau dan berdekatan dengan taman-taman ground level sehingga otomatis perjalanan satwa tak terputus.
Selain dipilih tanaman yang dapat beradaptasi dengan lingkungan taman atap, pemilihan dan penataan ragam tanaman pun sebaiknya disesuaikan sehingga mirip habitat asli satwa tersebut.